BI Sesalkan Bunga Kredit Bank Tinggi: Masih Saja Cari Untung Saat Kondisi Begini

22 Februari 2021 13:48 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Bank Indonesia. Foto: Willy Kurniawan/Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Bank Indonesia. Foto: Willy Kurniawan/Reuters
ADVERTISEMENT
Bank Indonesia (BI) telah menurunkan kembali suku bunga acuan atau BI 7 days reverse repo rate sebesar 25 basis poin menjadi 3,5 persen. Suku bunga acuan BI saat ini merupakan yang terendah sepanjang sejarah. Keputusan penurunan suku bunga acuan ini bertujuan untuk mendorong penyaluran kredit ke masyarakat.
ADVERTISEMENT
Sayangnya penurunan suku bunga acuan ini belum diikuti oleh penurunan bunga kredit perbankan. Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial BI Juda Agung pun menyatakan pihaknya menyayangkan lambatnya respons bank terhadap kebijakan BI.
"Inilah yang sebenarnya kita tidak inginkan. Bagi BI kita inginkan kalau BI itu turunkan suku bunga harusnya responsnya (perbankan) juga sama. Kita harap bank respons dengan cepat," ujar Juda dalam diskusi virtual, Senin (22/2).
Juda pun mengeluhkan bahkan sikap yang tidak responsif ini sudah berulang kali dilakukan perbankan. Artinya setiap kali BI menurunkan suku bunga acuan, bank tidak segera menurunkan suku bunga kredit. Sebaliknya bank justru dengan cepat menurunkan bunga deposito.
"Selalu seperti itu mereka. Seperti saat ini BI 7DRR turun, bunga deposito cepat turunnya," ujarnya. Bahkan menurut Juda, sejak Juni 2020 lalu bunga deposito sudah turun sebanyak 225 basis poin. Hampir sama dengan turunnya suku bunga acuan.
ADVERTISEMENT
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Kamis (22/8). Foto: ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
Namun bunga kredit tetap saja masih tinggi. Juga menduga perbankan justru memanfaatkan situasi saat ini. Sebab dengan bunga deposito rendah namun bunga kredit tinggi artinya perbankan mendapat keuntungan
"Tapi bunga kredit masih sangat rigid. Ini juga kalau data jangka panjang ini keliatan spreadnya sangat meningkat. Ini justru mengalami pelebaran. Artinya bank-bank mencoba mendapatkan keuntungan yang lebih di saat seperti ini," ujarnya.
Juda pun menegaskan bahwa sikap perbankan tersebut sangat tidak kondusif bagi perekonomian negara yang masih sulit akibat gempuran pandemi COVID-19. Seperti diketahui pemerintah bekerja keras untuk mengembalikan tingkat konsumsi masyarakat.
Namun sikap perbankan yang tidak responsif terhadap kebijakan BI dinilai akan menghambat permintaan kredit yang kemudian akan berdampak pada lambatnya pemulihan ekonomi.
ADVERTISEMENT
"Ini tidak kondusif bagi perekonomian. Dengan suku bunga acuan turun harusnya mendorong ekonomi segera pulih. Tapi justru spreadnya naik. Ini jadi salah satu faktor orang masih ragu-ragu meminta kredit dari bank karena bunganya masih cukup tinggi," ujarnya.