Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2

ADVERTISEMENT
Bank Indonesia (BI) sudah membeli Surat Berharga Negara (SBN) atau surat utang di pasar perdana sebesar Rp 40,77 triliun sejak awal tahun ini hingga 16 Februari 2021. Hal tersebut dilakukan bank sentral demi membantu pembiayaan APBN 2021.
ADVERTISEMENT
“BI melanjutkan pembelian SBN dari pasar perdana untuk pembiayaan APBN 2021,” ujar Gubernur BI Perry Warjiyo saat konferensi pers virtual, Kamis (18/2).
Secara rinci, total pembelian SBN terdiri dari Rp 18,16 triliun melalui mekanisme lelang utama dan sebesar Rp 22,61 triliun melalui mekanisme Greenshoe Option (GSO) atau lelang tambahan.
Pembelian SBN itu sesuai dengan Keputusan Bersama Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Indonesia pada 16 April 2020, yang diperpanjang hingga 31 Desember 2021.
Sedangkan pembelian dengan mekanisme langsung sesuai keputusan bersama 7 Juli 2020 hanya berlaku untuk pembiayaan tahun 2020 dan tidak diperpanjang.
Adapun sepanjang tahun lalu, BI membeli SBN dari pasar perdana sebesar Rp 473,42 triliun untuk pendanaan APBN 2020.
ADVERTISEMENT
Perry memastikan, kondisi likuiditas perbankan dan pasar keuangan masih tetap longgar. Sebab sejak 2020, bank sentral juga terus menambah likuiditas ke perbankan atau quantitative easing.
Hingga saat ini, BI menginjeksi perbankan Rp 750,38 triliun atau 4,86 persen dari produk domestik bruto (PDB). Ini terdiri dari Rp 726,57 triliun pada 2020 dan sebesar Rp 23,81 triliun pada 2021 per 16 Februari 2021.
Kondisi likuiditas yang longgar pada Januari 2021 telah mendorong tingginya rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) yakni 31,64 persen dan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang tinggi sebesar 10,57 persen.