Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Biaya Logistik Tinggi Jadi Biang Kerok Perbedaan Harga Barang di Jawa dan Papua
6 Februari 2024 10:55 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Mahalnya biaya logistik dinilai menjadi salah satu penyebab adanya perbedaan harga barang, khususnya di Jawa dan Papua . Direktur Operasi PT Pelindo Multi Terminal (SPMT), Arif Rusman Yulianto, mengakui saat ini memang masih ada kendala terkait biaya logistik.
ADVERTISEMENT
“(Permasalahan) logistic cost yang tinggi gitu ya, terus yang mungkin adanya diskriminasi terhadap harga di Jawa sama Papua,” kata Arif saat media sharing session Pelindo di Surabaya, Jawa Timur, pada Senin (5/2).
Arif mengungkapkan ada tiga komponen utama yang berkontribusi dalam menentukan besaran biaya logistik, yaitu biaya transportasi, biaya pergudangan, dan biaya administrasi.
Selain itu, Arif mengatakan masih ada tumpang tindih aturan yang mempengaruhi mahalnya biaya logistik.
“Cukup banyak regulasi yang tumpang tindih antara kementerian ya, Kemendag dengan Kemenkeu, dengan Kemenhub. Makanya saat ini sekitar 18 kementerian dikepalai oleh Pak Luhut, melakukan simplifikasi atas regulasi yang saat ini terjadi ya,” ujar Arif.
Selanjutnya, Arif menyebut belum optimalnya kinerja pelabuhan juga menjadi tantangan. Efisiensi value chain darat yang rendah karena dipicu oleh kemacetan di jalan raya juga menjadi penyebab tingginya biaya logistik.
ADVERTISEMENT
“Dulunya dari Cikarang ke Priok bisa sehari tiga atau empat ride, karena macet jangan-jangan cuma satu ride ya, satu ride-nya itu pasti dikompensasi terhadap tarifnya kan. Kalau misalkan satu hari dapat 3 menit (misal) Rp 2,5 juta. Nah belum lagi fasilitas jalan raya yang mungkin kurang bagus,” ungkap Arif.
Selanjutnya efisiensi value chain laut. Arif menegaskan kondisi tersebut yang menjadi biang kerok perbedaan harga barang-barang yang dijual di Jawa dan di Papua.
“Karena itu terjadinya imbalance trade. Kalau dari Jakarta itu shipping line ya kontainer itu isinya penuh, penuh katakanlah 1.000 box isinya, macam-macam (misal) Indomie, nah begitu sampai Papua, balik ke Jakarta (kontainer) akan kosong enggak ada komoditas yang mau diangkut dari timur ke barat," terang Arief.
ADVERTISEMENT
Arif menuturkan tidak seimbangnya permintaan dan pasokan juga berimbas ke meningkatnya biaya logistik. Ia mengharapkan pemerintah melakukan pemerataan dengan membangun industri di wilayah timur Indonesia.