Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Rutinitas itu saban hari dilakoni oleh nelayan di Desa Mojo. Sore harinya, usai melaut, mereka kemudian berduyun-duyun mendatangi Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum Nelayan (SPBUN) untuk membeli Biosolar .
Beruntung bagi nelayan Mojo, SPBUN itu letaknya hanya selemparan batu dari dermaga tempat perahu-perahu mereka bersandar. Biosolar itu merupakan bahan bakar utama bagi perahu-perahu mereka untuk mencari nafkah di lautan.
Saban hari, SPBUN Mojo melayani tak kurang dari seratusan nelayan. Puluhan jeriken rutin mengantre di tempat itu. Nelayan-nelayan yang datang dengan sabar menunggu giliran.
Mulyadi (45) petugas SPBUN Mojo dengan sigap mengisi seluruh jeriken yang ada. Ia tak ingin nelayan, terlalu lama menunggu. Tangannya cekatan menekan tuas nozzle agar Biosolar segera memenuhi jeriken. Sesekali tangan kirinya sibuk menerima uang pembayaran. Senyum pun tak pernah lepas dari wajah pria itu, ia senang karena bisa melayani nelayan dengan baik.
ADVERTISEMENT
"Allhamdulillah bisa melayani nelayan di sini terus. Allhamdulillah semuanya dapat, semuanya cukup. Karena kalau ada yang nggak dapat kan malah jadi masalah," katanya saat ditemui, Sabtu (28/10).
Puluhan jeriken itu kemudian berpindah tangan, nelayan-nelayan itu lalu sibuk menggotong dan memindahkan jeriken-jeriken itu ke perahunya. Mereka senang, bekal mereka melaut dan mencari penghidupan kini sudah ada di tangan.
Bagi Pujianto, salah satu nelayan Desa Mojo, SPBUN yang hadir sejak tahun 2018 itu sangat berarti untuknya. Ia dan teman-teman nelayannya itu, tak perlu lagi menempuh belasan kilometer untuk membeli solar di Stasiun Bahan Bakar Umum (SPBU) yang berada di jalan raya Pantura. Sebab dermaga tempat sandar perahu mereka berada di ujung utara desa.
ADVERTISEMENT
"Lumayan kalau dulu mah harus beli jauh, di jalan raya sana itu. Belum apa-apa sudah keluar uang buat bensin ke sananya. Sudah modal dulu. Biasanya beli sore hari habis pulang dari laut, naruh Biosolar ke perahu, terus berangkat besok subuh," ungkap Pujianto.
Kehadiran SPBUN itu juga membuat nelayan tak lagi membeli solar kepada pengecer dengan harga yang jauh lebih mahal. Setidaknya, uang lebihan bayar itu bisa digunakan Pujianto untuk membeli susu, daging ayam atau mainan untuk dua anaknya yang masih kecil.
"Dulu sebelum ada SPBN ini kadang nelayan ya seperti saya ini belinya di pengecer. Kalau beli di sini solar harganya Rp 6.800 per liter. Tapi kalau beli lewat langganan (pengecer) harganya bisa sampai Rp 8.000 per liter. Kalau saya ini kan biasanya beli 60 liter, jadi kalau beli di pengecer harus nambah bayar paling nggak Rp50.000 sendiri. Padahal kan uangnya (Rp 50.000) itu bisa buat beli beras, susu, mainan anak, atau paling enggak beli ayam buat anak," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Kisah yang sama juga diamini Antok (30), bagi nelayan kecil seperti dirinya uang Rp 50.000 sangatlah berarti untuknya. Dengan uang sebesar itu, kepulan asap di dapurnya akan lebih panjang. Apalagi sebagai nelayan yang bergantung pada lautan, ada kalanya hasil tangkapannya seperti ikan, udang atau cumi-cumi tak terlalu bagus.
"Gede nemen uang semono (Ya gede lah uang segitu). Seharian di laut kadang dapat hasil bagus kadang engga. Jadi kalau sudah keluar uang lebih untuk beli solar ya rasane eman banget. Inget anak istri yang nunggu di rumah. Makanya senang lah saya ada solar yang disediakan pemerintah untuk kami para nelayan," imbuh Antok.
Branch Manager Rayon II Tegal PT Pertamina Patra Niaga Ahmad Fernando, menyebut, ada 3 SPBUN di Kabupaten Pemalang, salah satunya berada di Desa Mojo. Dikelola oleh BUMD setempat, SPBUN Mojo setidaknya meyalurkan 300 kiloliter (KL) Biosolar per bulan untuk 750 nelayan Mojo dan nelayan Ketapang. Pada musim panen kebutuhan Biosolar juga akan meningkat.
ADVERTISEMENT
"Di Mojo itu penyalurannya untuk 750 nelayan tapi kan nggak setiap hari mereka melaut. Kalau Kabupaten Pemalang itu kebutuhannya 14.400 KL per tahun untuk 3 SPBUN. Dari Januari hingga September penyaluran dibanding dengan kuota itu tercatat sekitar 90 persen yang terelalisasi. Artinya kuota di Pemalang sudah melebihi permintaan masing masing nelayan," jelasnya.
Penyaluran ratusan kiloliter Biosolar ini juga tetap dilakukan pengawasan. Pertamina mengharusnya nelayan mengantongi surat izin rekomendasi dari
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP). Tujuannya, agar distribusi solar subsidi ini merata dan dapat dipertanggungjawabkan.
"Harus ada surat rekomendasi dari dinas karena mereka yang mengeluarkan kuota solar untuk nelayan. Di SPBUN juga ada sistem monitoring dan pencatatan karena setiap pengeluaran BBM subsidi harus tercatat," tegasnya.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Manager Fuel Terminal Tegal Wardiyono menegaskan, pihaknya berkomitmen untuk terus mencukupi kebutuhan solar bagi para nelayan. Fuel Terminal Tegal sendiri menyalurkan Biosolar kepada 8 SPBUN mulai dari Kabupaten Pemalang hingga Kabupaten Brebes. Kebutuhan untuk 8 SPBN tersebut mencapai 100 kiloliter per hari.
"Jadi kita ada 8 SPBUN yang kita layani, wilayahnya mulai dari Brebes sampai Pemalang, Kalau Pekalongan itu disuplai dari Pengapon. 8 SPBN itu rata-rata di angka 100 kiloliter lah per hari, kurang lebih ya bisa naik, bisa turun," ungkapnya.
Pengiriman Biosolar itu pun bukan tanpa kendala, karena ada beberapa SPBUN yang letaknya berada jauh dari pusat kota dan harus melewati jalur yang sempit dan berliku. Namun, pihaknya memastikan Biosolar selalu dikirimkan tepat waktu.
ADVERTISEMENT
"Ada SPBUN yang jalur kendaraannya itu di SPBN Muarareja Kota Tegal dan SPBN Mojo, Kecamatan Ulujami, Kabupaten Pemalang. Sementara saat ini hanya tersedia 2 truk tangki yang bisa menjangkau 2 SPBN tersebut, tapi komitmen kami solar harus dikirim setiap hari dan tepat waktu," tandasnya.