Bisnis Media Online di Masa Pandemi: Pembaca Naik, Tapi Pendapatan Turun Drastis

5 Juni 2020 18:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga memilih membaca media online. Foto: aditia noviansyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Warga memilih membaca media online. Foto: aditia noviansyah/kumparan
ADVERTISEMENT
Pandemi COVID-19 di Indonesia menghantam banyak bisnis di Indonesia, termasuk industri media. Mulai dari dari media cetak, online, radio, dan televisi terdampak.
ADVERTISEMENT
Ketua Umum Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Wenseslaus Manggut menjelaskan, pada survei yang dilakukan pihaknya terhadap 300 lebih anggota AMSI, jumlah pembaca media online justru naik. Sayangnya, berbanding terbalik dengan pendapatan mereka.
"Kami survei tentang situasi media saat pandemi, traffic naik di daerah-daerah, hampir semua media lokal naik tinggi, ada yang naik hingga 200 persen. Tapi revenue turun jauh, rata-rata 30-40 persen," kata dia dalam diskusi MarkPlus Industry RoundTable: Surviving The COVID-19, Preparing The Post: Broadcast, PayTV & Media Industry Perspective, Jumat (5/6).
Dalam survei yang dilakukan 25 April hingga 5 Mei kepada ratusan media online di kota besar dan daerah-daerah, pendapatan perusahaan media yang turun berasal dari pemasukan iklan yang berkurang drastis.
ADVERTISEMENT
Khusus di media online di daerah-daerah, penurunan iklannya hingga 80 persen karena biasanya orderan mereka berasal dari pemerintah daerah. Besarnya biaya yang dibutuhkan untuk penanganan COVID-19 di daerah membuat pemerintah daerah menahan diri untuk beriklan.
Selain itu, sebanyak 20 persen media online memilih untuk memotong gaji wartawannya ketimbang melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK). Sedangkan media yang menunda pembayaran gaji dan Tunjangan Hari Raya (THR) sebanyak 15 persen.
"Media yang merumahkan karyawan ada 15 persen, terjadi di Jawa Timur, Riau, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi Tenggara," terangnya.
Wenseslaus menyebut salah satu media online daerah di Jawa Timur harus tutup karena tak mampu bertahan. Dia memprediksi, arus kas media online hanya mampu bertahan hingga 4-5 bulan ke depan.
ADVERTISEMENT
Karena itu, dia menyarankan agar media-media online mencari pendanaan ke lembaga-lembaga yang memiliki perhatian pada budaya Indonesia. Dia menyebut saat ini ada 45 media di Indonesia yang arus kasnya bisa bertahap 3 hingga 6 bulan ke depan karena mendapatkan suntikan dana.
Naiknya jumlah pembaca media online diamini oleh Pemimpin Redaksi kumparan, Arifin Asydhad. Dalam diskusi ini, dia memaparkan bahwa sejak corona masuk ke Indonesia hingga saat ini, jumlah pembaca berita kumparan naik 100 persen.
Kata dia, ada empat kanal di kumparan yang pembacanya banyak yaitu kumparanNews, kumparanBisnis, kumparanSains, dan kumparanOtomotif. Belakangan, kanal kumparanMom juga mengalami kenaikan jumlah pembaca.
Dia juga tak menampik jika naiknya jumlah pembaca kumparan berbanding terbalik dengan pendapatan yang masuk dari iklan. Meski tak menyebut besaran angka iklan yang turun, dia menyebut bulan lalu terjadi penurunan iklan yang tajam pada media yang mengusung kolaborasi ini.
ADVERTISEMENT
"Market maksudnya advertising ini turun. Maret masih naik, April puncaknya padahal COVID sudah mulai banyak. Tapi Mei turun drastis," terang dia.
Arifin menjelaskan, sejak tahu virus corona bakal menggerus pendapatan media, kumparan sudah bersiap mulai Februari lalu. Di internal perusahaan, kumparan membentuk tim khusus untuk melakukan kajian terhadap kondisi tak menyenangkan ini sebab tidak ada yang tahu kapan pandemi akan berakhir.
Taman Komunitas kumparan, Jati Murni, Jakarta. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Kata dia, strategi jangka pendek dan jangka panjang telah dibuat dan akan terus disesuaikan dengan kondisi yang dinamis. Tapi, satu hal yang penting, penguatan konten yang kredibel dan personal branding kumparan menjadi satu fokus utama kumparan yang punya misi sebagai data driven.
Konten yang baik, kata dia, dimulai dengan memastikan karyawan terutama wartawannya tak terpapar virus ini. Karena itu, perusahaan sudah memutuskan bekerja di rumah sejak 16 Maret 2020.
ADVERTISEMENT
"Intinya apa yang kami lakukan seperti menyusun hal-hal setelah pandemi. Industri media pasca pandemi yang kita susun misalnya memproduksi dan distribusikan informasi yang akurat, media tidak hanya sebagai publisher, dan interaksi user dan inisiasi gerakan," terang Arifin.