Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.92.0
Bisnis Menara Telekomunikasi Makin Dibutuhkan, Sinyal Baik IPO Jumbo Mitratel
1 November 2021 13:58 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Dalam keterangan Mitratel, perseroan akan melepas sebanyak-banyaknya 25,5 miliar saham atau setara 29,85 persen. Dengan harga IPO berkisar Rp 775-975 per saham, perseroan berpotensi meraih dana jumbo hingga Rp 24,9 triliun atau terbesar sepanjang sejarah pasar modal Indonesia.
Research Analyst Indo Premier Sekuritas Hans Tantio dalam keterangannya, Senin (1/11), menyebutkan bahwa industri tower atau menara telekomunikasi masih memiliki ruang pertumbuhan yang baik, apalagi Indonesia memasuki era teknologi 5G. Sehingga menurutnya, target dalam IPO tersebut bisa tercapai.
“Saya melihat pilihan terbaik bagi Mitratel untuk dapat tumbuh dengan baik ke depan adalah dengan menjaga independensinya, yang artinya harus melayani kebutuhan seluruh operator seluler dengan sama baiknya,” ujar Hans.
Di sisi lain, Mitratel sebagai listed company yang sebagian sahamnya dimiliki oleh publik, juga dinilai akan mengambil keputusan yang terbaik untuk semua stakeholders. Sehingga tidak hanya mendahulukan kepentingan pemegang saham utama.
ADVERTISEMENT
Analis Verdana Nomura, Raymond Kosasih, dalam risetnya menilai bahwa IPO Mitratel sebagai peluang investasi bagi investor. Sebab, dalam beberapa tahun terakhir, pertumbuhan trafik data di Indonesia berkisar 40-50 persen. Ditambah dengan keterbatasan jumlah spektrum/frekuensi, sehingga kebutuhan akan menara disebut bakal tetap tinggi pada masa mendatang.
“Saat ini, melalui kajian kami, penetrasi jumlah menara di Indonesia termasuk rendah dibandingkan beberapa negara, seperti Brasil dan/atau India. Ratio populasi per menara di Indonesia masih termasuk yang tinggi di kisaran 2,250 dibandingkan Brasil dan India yang berkisar 2,100,” tulis Raymond.
Dia menjelaskan hal itu sebagai peluang bagi Mitratel, yang meskipun mayoritas sahamnya dikuasai oleh Telkom, perseroan tetap menjaring operator-operator lainnya di luar Grup Telkom sebagai tenant, baik dalam built-to-suit (membangun menara baru) dan/atau co-location (co-lo).
ADVERTISEMENT
Operator-operator di luar Grup Telkom juga sangat terbuka untuk melakukan co-location di menara-menara milik Mitratel. Sebagai bukti, atas menara-menara yang dimiliki oleh Mitratel dari tahun 2010 memiliki rasio co-lo di kisaran 1,9 kali, lalu 1,7 kali untuk menara yang dimiliki sejak 2011, dan seterusnya.
Ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan bagi operator-operator selain Telkomsel untuk menjadi tenant di menara-menara milik Mitratel. Pertama, Mitratel termasuk perusahaan menara yang sudah memiliki rekam jejak (track record) yang sangat bagus. Kedua, harga sewa yang ditawarkan sesuai harga pasar.
Mengenai kemungkinan kekhawatiran pasar atas independensi dalam penempatan perangkat dari operator pesaing di menara-menara Mitratel, Raymond melihat bahwa itu kurang tepat. Sebab menurutnya, jika Mitratel tidak membuka menara-menara tersebut, cepat atau lambat perusahaan menara pesaing Mitratel akan mendirikan menara-menara di lokasi yang dibutuhkan.
ADVERTISEMENT