Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Para pelaku usaha kecil dan menengah turut terpapar pandemi virus corona . Bahkan banyak yang usahanya terpaksa tutup karena sepinya pembeli.
ADVERTISEMENT
Ketua Asosiasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Indonesia, Ikhsan Ingratubun, mengatakan situasi saat ini semakin sulit dibandingkan saat krisis 1998 maupun 2008. Pelaku usaha yang masih terus bertahan kini memanfaatkan teknologi untuk tetap menjalankan bisnisnya.
“Sekarang sulit, banyak yang sudah tutup gerainya akibat corona. Sebenarnya dimungkinkan saja kalau mereka beralih ke online, tinggal bagaimana caranya mereka manfaatkan teknologi,” kata Ikshan saat dihubungi kumparan, Jumat (3/4).
Meski demikian, pelaku UMKM yang sudah menjalankan bisnisnya secara online hanya sekitar 5-10 persen dari total jumlah UMKM saat ini sebanyak 60 juta.
“Tapi yang sudah go online masih sedikit. Kita dorong terus supaya mulai go online, pakai teknologi,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Salah satu pelaku UMKM yang mulai fokus mengembangkan bisnisnya dengan memanfaatkan teknologi yakni Ria Anisa, pemilik usaha tekstil dan pakaian jadi dengan nama Toko Cantik. Biasanya, Ria membuka toko di Pasar Bogor, Jawa Barat.
Namun akibat pandemi COVID-19, ia kini menutup tokonya dan menjalankan bisnis online di sejumlah marketplace. Ini dilakukan agar pundi-pundi rupiah tetap mengalir di tengah sulitnya situasi ekonomi.
“Aku jual baju-baju, ada seprai juga, toko aku tutup sejak pertengahan Maret. Sekarang putar otak supaya bisnis tetap jalan, ya online. Udah mulai buka di e-commerce kayak Shopee, Lazada, dan lainnya,” kata Ria.
Menurut dia, penjualan secara online tak sebanyak saat tokonya masih buka. Namun hal ini dinilai cukup untuk menjalankan operasional bisnis.
ADVERTISEMENT
“Kalau di online orang belinya satu, maksimal tiga lah. Kalau di toko bisa selusin. Tapi ya mau gimana, daripada enggak jalan bisnisnya,” tuturnya.
Ria pun berharap, kebijakan pemerintah untuk mendorong sektor UMKM yang terdampak virus corona bisa cepat terealisasikan.
“Jangan sampai usahanya bangkrut, pemerintah mesti cepat bantu,” jelasnya.
Selain sektor tekstil, UMKM yang telah memanfaatkan teknologi adalah Blue Korintji Coffee. Kedai kopi yang memiliki cabang di Jakarta hingga Pekanbaru itu memanfaatkan teknologi blockchain untuk petani, perusahaan, dan konsumen.
Teknologi yang digunakan tersebut yaitu Emurgo Traceability Solution, aplikasi yang dapat melacak rantai pasok (supply chain) dengan cara modern, sesuai standar, dan bernilai tambah.
“Kami bersemangat sekali untuk berkolaborasi dengan penyedia solusi teknologi blockchain terkemuka di dunia, Emurgo. Ini kan juga untuk memperbaiki hidup petani lokal Indonesia, bisnis-bisnis yang terlibat didalamnya, dan konsumen,” kata Pendiri Blue Korintji Coffee, Budi Isman.
ADVERTISEMENT
Sebagian besar petani di Indonesia, kata Budi, tidak tahu kemana kopi itu pergi dan berapa harga jual akhirnya. Dengan teknologi blockchain tersebut, konsumen dapat memindai kode QR yang ditampilkan pada outlet kopi untuk mengakses informasi tentang asal muasal kopi yang mereka beli.
“Blue Korintji juga berkomitmen kepada petani, dengan cara mengumpulkan sebagian dari hasil penjualan melalui solusi ini dan menginvestasikannya untuk produksi secara berkelanjutan,” jelasnya.
Dilansir laman resminya, teknologi Emurgo Traceability Solution ternyata dicetuskan oleh perusahaan teknologi blockchain global, Emurgo. Emurgo juga telah membantu pengembangan sistem perbankan dan aset digital pemerintah Uzbekistan.
“Emurgo dengan gembira berkolaborasi dengan Blue Korintji Coffee dalam mengintegrasikan solusi ini dan membawa aplikasi nyata dari teknologi blockchain untuk petani, enterprise, dan konsumen. Sehingga semua orang dapat merasakan manfaat blockchain yang sesungguhnya,” jelas Ken Kodama, CEO Emurgo.
ADVERTISEMENT