Blibli Ungkap Jenis Kejahatan Siber yang Sering Terjadi di E-commerce

1 November 2021 17:05 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi kejahatan siber. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kejahatan siber. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Serangan atau kejahatan siber masih sering terjadi di e-commerce. Associate VP Information Security Blibli, Ricky Setiadi, mengatakan jenis serangan yang dilakukan pihak yang tidak bertanggung jawab tersebut sebenarnya hampir sama dari tahun ke tahun.
ADVERTISEMENT
Ricky mengungkapkan salah satu yang masih kerap berulang adalah upaya membobol email, WhatsApp, hingga lewat SMS.
"Jadi yang paling banyak terjadi di e-commerce itu adalah serangan social engineering itu sudah pasti, melalui phising email, melalui phising SMS atau WhatsApp. Kemudian nanti dari situ di dalam pesannya itu akan diberikan 1 link yang mengarah ke 1 website yang dibuat mirip tetapi bukan asli," kata Ricky saat konferensi pers secara virtual, Senin (1/11).
Ricky menjelaskan, penipuan berikutnya adalah dengan motif menerapkan prinsip ekonomi yaitu dengan modal seminimal mungkin untuk mendapatkan hasil semaksimal mungkin. Hal itu biasanya dilakukan dengan mengambil alih akun pemilik e-commerce.
"Sehingga dalam konteks itu penyerang atau siber crime itu pada dasarnya adalah finansial atau ekonomi dengan cara menggunakan phising tadi, teman-teman itu melakukan apa yang namanya account take over," ujar Ricky.
ADVERTISEMENT
Platform e-commerce Blibli Foto: Bianda Ludwianto/kumparan
"Nah ketika account take over, akhirnya risikonya adalah pelanggan yang resmi tidak bisa melakukan transaksi atau tidak bisa mengikuti program pesta belanja atau promo," tambahnya.
Ricky mengatakan kejahatan siber berikutnya biasanya terjadi saat ada promo atau diskon yaitu adanya boot. Ia memastikan boot itu tidak ada begitu saja, tetapi dipelihara oleh orang yang tidak bertanggung jawab.
"Tujuannya memastikan bahwa ketika ada promo itu legitimate transaction tidak bisa mendapatkan jatah kuota. Sehingga dimonopoli satu atau beberapa boot harder. Itu keuntungan finansial. Dari situ akhirnya masyarakat ngelihat jangan-jangan promonya ini palsu kok gue enggak pernah dapet," ungkap Ricky.
Ricky merasa kejadian itu membuat pelanggan dirugikan. Selain itu, reputasi dari perusahaan e-commerce penyelenggara promo juga terganggu. Ia memastikan Blibli terus berupaya mengatasi persoalan tersebit.
ADVERTISEMENT
“Dalam konteks itu kita menjalankan kontrol-kontrol yang baik sifatnya teknologi maupun proses maupun people. Sehingga tiga komponen itu pada saat pesta belanja, semua orang akan dapat haknya sebagai legitimate user untuk berbelanja pada saat ada promo itu,” tutur Ricky.