Blok Cepu dan Blok Rokan Saling Salip Demi Topang Produksi Minyak RI

2 Maret 2024 18:05 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Acara Pengapalan ke-700 Minyak Mentah Blok Cepu Kargo Bagian Pemerintah Indonesia dan BKS PI kepada Pertamina. Foto: Pertamina
zoom-in-whitePerbesar
Acara Pengapalan ke-700 Minyak Mentah Blok Cepu Kargo Bagian Pemerintah Indonesia dan BKS PI kepada Pertamina. Foto: Pertamina
ADVERTISEMENT
Blok Cepu dan Blok Rokan saling salip untuk menyabet posisi pertama produsen minyak mentah terbesar di Indonesia. Namun, kedua lapangan itu juga sama-sama sedang berkutat menahan laju penurunan produksinya.
ADVERTISEMENT
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif, mengatakan Indonesia mengalami penurunan produksi minyak, trennya sekitar 40-50 ribu per tahunnya. Indonesia masih andalkan sumur yang sudah menua, karena belum ada penemuan baru.
Arifin mengatakan, produksi minyak di Indonesia kini maksimal hanya menyentuh 600 ribu barel per hari (bph). Realisasi ini masih sangat jauh dari mimpi produksi minyak 1 juta barel di tahun 2030.
"Makin lama makin menurun, makin sulit, makin tinggi kadar airnya, tapi diupayakan teknologi-teknologi baru, namun ini juga masih butuh waktu pengembangan," ujar Arifin saat Peresmian Tajak Sumur Infill dan Clastic di Blok Cepu, Bojonegoro, Jumat (1/3).
Untuk menopang produksi minyak ini, Arifin menyebut Indonesia masih menumpu harapan pada Blok Cepu. Sayangnya, masa kejayaan blok ini sudah lewat dan memasuki era penurunan produksi.
ADVERTISEMENT
ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) mulai menghasilkan minyak di Blok Cepu pada 2013. Potensi minyak di sana berhasil melampaui final investment decision (FID), dari 450 juta barel melonjak hingga 1 miliar barel. Saat ini produksinya sudah mencapai 630 juta barel.
"Di sektor minyak kita masih berharap banyak kepada Cepu, untuk itu kerja sama dengan Exxon terus kami bina, saya sangat bangga kita bisa melanjutkan kerja sama dengan Exxon," kata Arifin.
Arifin menuturkan, produksi Blok Cepu mulai menurun. Produksi optimal blok ini bisa mencapai 235 ribu bph pada 2021, namun saat ini hanya sekitar 142 ribu bph, berkontribusi sekitar 25 persen dari produksi minyak nasional.
"Tahun 2023 sudah mulai adanya penurunan produksi. Perlu diupayakan untuk menahan laju penurunan produksi dan sekarang sudah akan melangkah lebih lanjut meningkatkan produksinya kembali," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Salah satu langkahnya, kata Arifin, adalah pengeboran 7 sumur Infill dan Clastic, yang ditargetkan menambah produksi minyak 42 juta barel. Pengeboran ini pertama kalinya sejak 8 tahun tak dilakukan EMCL.
Arifin mengharapkan, dari kegiatan pemboran sumur Infill dan Clastic akan ada tambahan 20-30 ribu bph sehingga bisa menahan laju penurunan produksi.
"Kita harapkan akan menghasilkan 20-30 ribu barel per hari, sehingga bisa menutup laju penurunan," jelasnya.
Rig PDSI, Bekasap, Lapangan Duri, Blok Rokan, Riau, Selasa (8/8/2022). Foto: Ema Fitriyani/kumparan
Imbas penurunan produksi, Blok Cepu menjadi produsen migas terbesar kedua di Indonesia, setelah Blok Rokan yang kini berada di puncak produksi dengan capaian 170 ribu bph, angka tertinggi setelah 2 tahun dialih kelola oleh PT Pertamina (Persero).
Meskipun produksinya tertinggi, Arifin menyebut Blok Rokan juga masih berupaya keras meningkatkan produksinya, dengan mengebor sumur-sumur Minyak non Konvensional (MNK).
ADVERTISEMENT
"Di Rokan juga demikian (produksinya menurun), sekarang sudah ada di 170 ribu, sebelumnya malah bisa menghasilkan 1,6 juta kalau saya tidak salah," ungkap Arifin.
PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) tengah melakukan tajak sumur eksplorasi Migas Non Konvensional (MNK) kedua di Blok Rokan, yaitu sumur Kelok DET-1 pada 14 Februari 2024. Tajak sumur MNK pertama telah dilakukan pada sumur Gulamo DET-1 di Rokan Hilir pada Juli 2023 lalu.
"Masih diupayakan juga di Blok Rokan untuk bisa mendapatkan minyak dari sumber-sumber lapisan yang paling dalam. Sedang dilakukan pengerjaan," tutur Arifin.