Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Blok Masela Belum Rampung, Alasan Dwi Soetjipto Kembali Jadi Kepala SKK Migas
5 Desember 2022 15:48 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM ), Arifin Tasrif, membeberkan alasan kembali mengangkat Dwi Soetjipto sebagai Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas).
ADVERTISEMENT
Arifin menjelaskan, masih banyak proyek dan program hulu migas yang masih belum terselesaikan, salah satunya adalah Blok Masela yang saat ini masih mencari operator baru pengganti Shell Upstream Overseas Ltd.
"Selama ini kan program-program selama ini masih dengan Pak Tjip (Dwi Soetjipto) ya, (Blok) Masela. Kita harus segera menyelesaikan ya," kata dia kepada wartawan usai pelantikan pejabat pemimpin SKK Migas di kantor Kementerian ESDM, Senin (5/12).
Dwi, kata Arifin, memiliki tanggung jawab untuk menyelesaikan proyek migas yang masih mangkrak. Selain Blok Masela , beberapa proyek lain seperti Indonesia Deepwater Development (IDD) dan Tangguh Train-3 di Teluk Bintuni, Papua Barat.
"Ada histori ada yang mengetahui di awal sehingga memang tugas (dia) menyelesaikan," imbuh Arifin.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Arifin juga menjelaskan alasannya mengangkat Nanang Abdul Manaf sebagai Wakil Kepala SKK Migas menggantikan Fatar Yani Abdurrahman. Menurut dia, Nanang sudah berpengalaman di sektor hulu migas.
Hal ini mengingat sebelum menjabat sebagai Tenaga Ahli Komisi Pengawas Bidang Operasi SKK Migas , Nanang juga sempat menduduki kursi Direktur Utama Pertamina EP.
"Kalau Pak Nanang dia kan punya pengalaman. Kan lebih matang di hulu migas. Nah itu kita harapkan bisa menjadi angin baru, segalanya baru," pungkasnya.
Sebelumnya, Dwi Soetjipto menyebutkan proyek Abadi Masela masih dalam proses revisi Plan of Development (POD), sejalan dengan pencarian mitra operator baru konsorsium bersama Inpex Corporation.
Hal ini mengingat Shell Upstream Overseas Ltd yang hengkang dari konsorsium Inpex di Blok Masela dua tahun lalu. Shell meninggalkan porsi hak partisipasi (participating interest/PI) sebesar 35 persen.
ADVERTISEMENT
Adapun revisi POD yang dilakukan konsorsium Blok Masela dilakukan seiring dengan pencarian mitra baru, sebab Inpex tidak mungkin menyampaikan revisi POD tanpa mengetahui partner baru.
Dia pun mengungkap progres terbaru pencarian mitra ini adalah Inpex mencoba membangun kolaborasi strategis dengan PT Pertamina (Persero), seperti yang diminta oleh Presiden Jokowi. Proyek ini pun diharapkan bisa berproduksi di tahun 2027.
"Di saat yang sama, Petronas juga tertarik untuk masuk dan kalau memungkinkan bisa kerja sama dengan Pertamina dalam hal pergantian Shell ini, ini perkembangan terakhir," ungkap Dwi.