Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas ) mengungkapkan Wilayah Kerja (WK) atau Blok Natuna D-Alpha akhirnya diminati oleh investor, setelah terkatung-katung selama hampir 50 tahun.
ADVERTISEMENT
Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto, mengatakan anak perusahaan Kuwait Petroleum Corporation, Kuwait Foreign PetroleumExploration Company (KUFPEC), berminat melaksanakan joint study di Blok Natuna D-Alpha.
"KUFPEC sedang joint study sekarang (di Natuna D-Alpha)," ungkapnya saat berbincang dengan media di kantor SKK Migas, Selasa (29/10).
Dwi menuturkan, blok migas ini memiliki kandungan CO2 hingga 72 persen, menjadi tantangan tersendiri dalam pengembangannya. Selama ini, pihaknya mencari solusi pengelolaan CO2 tersebut.
Akhirnya, lanjut dia, CO2 yang terkandung di blok tersebut rencananya akan diinjeksi kembali ke dalam bumi dengan teknologi Carbon Capture Utilization and Storage (CCS/CCUS).
"Waktu kemarin kan memang pertanyaannya 72 persen ini mau ke mana, enggak mungkin dilepas ke udara. Dengan teknologi CCS dan CCUS ini dicoba mungkin ini bisa digunakan untuk mengembangkan Natuna D-Alpha itu," jelas Dwi.
ADVERTISEMENT
Dwi menyebutkan teknologi tersebut mempermudah rencana pengembangan Blok Natuna D-Alpha, sehingga kemudian ada perusahaan yang berminat untuk joint study.
"Teknologi sekarang berkembang, yang dulu Natuna D-Alpha itu sesuatu yang sulit atau enggak mungkin dikembangkan, nah ini sudah mulai ada yang berminat mau joint study dan itu KUFPEC," katanya.
Di sisi lain, Dwi masih berharap ada perusahaan lain yang berminat untuk joint study di Blok Natuna D-Alpha, termasuk PT Pertamina (Persero). Hal ini mengingat PT Pertamina Hulu Energi (PHE) tengah melanjutkan eksplorasi di Blok East Natuna.
"Karena Pertamina sudah mengambil juga yang di daerah Natuna itu, tapi kita harapkan apakah tertarik juga untuk joinan di joint study (Natuna D-Alpha)," tutur Dwi.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan catatan kumparan, KUFPEC pernah menemukan cadangan migas di Natuna pada awal 2022 lalu. Cadangan ini ditemukan berdasarkan hasil Drill Stem Testyang dilakukan di sumur eksplorasi Anambas-2X di Blok Anambas, Laut Natuna, lepas pantai Indonesia.
Blok tersebut dioperasikan oleh KUFPEC Indonesia (Anambas) B.V. (KUFPEC Indonesia) yang memegang 100 persen hak partisipasi. Penemuan ini menandai penemuan eksplorasi lepas pantai pertama yang dioperasikan untuk KUFPEC.
Terkatung Setengah Abad
Blok Natuna D-Alpha merupakan blok migas terbesar yang merupakan bagian dari Blok East Natuna. Berdasarkan catatan Kementerian ESDM, Blok East Natuna ditemukan tahun 1973 dan hingga saat ini masih belum dikembangkan. Blok East Natuna menyimpan potensi sebesar trilion cubic feet (Tcf) dengan potensi gas yang recoverable sebesar 46 Tcf.
Blok ini semula dikelola ExxonMobil dan mendapatkan hak kelolanya tahun 1980. Namun lantaran tidak ada perkembangan, pada tahun 2007 kontraknya dihentikan. Setahun kemudian yaitu tahun 2008, East Natuna diserahkan pengelolaannya ke PT Pertamina.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, ExxonMobil, Total dan Petronas, bergabung. Posisi Petronas kemudian digantikan PTT Exploration and Production (PTT EP) tahun 2012. Sayangnya tahun 2017 konsorsium ini bubar dengan alasan tidak ekonomis dan menyisakan PT Pertamina.
Kemudian, Kementerian ESDM akhirnya mendorong skema joint study terhadap 5 blok migas, salah satunya Blok Natuna D-Alpha yang belum kunjung mendapatkan peminat saat dilelang.
Padahal, pemerintah sudah membuka lelang Blok Natuna D-Alpha bertepatan dengan pembukaan IPA Convention & Exhibition ke-47 di ICE BSD, Selasa (25/7). Lapangan ini memiliki luas 10.291,03 km2 dengan Komitmen Pasti 5 tahun mencakup studi GGRPE dan 1 sumur.
Koordinator Pokja Pengembangan WK Migas Konvensional Ditjen Migas, Ma'ruf Affandi, menuturkan lelang Blok Natuna D-Alpha sudah ditutup 22 Desember 2023. Hanya ada 1 peminat yang tertarik, namun akhirnya tidak ikut lelang.
ADVERTISEMENT
"Ada peminat yang cukup tertarik, mereka info ke kami untuk hold dulu karena ada satu lain hal yang ingin dievaluasi sama mereka sehingga mereka tidak masukan dokumen partisipasi," ungkapnya di kantor Ditjen Migas, Selasa (16/1).
Ma'ruf menuturkan, pemerintah masih berkomunikasi secara intensif dengan peminat tersebut. Nantinya, perusahaan yang belum bisa disebutkan namanya tersebut akan ditawarkan skema joint study.
Live Update