news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Blue Bird Buka-bukaan Bisnisnya Sempat Anjlok Saat Masa PSBB

13 Agustus 2020 14:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
BYD e6 jadi armada taksi listrik Blue Bird. Foto: Ghulam Muhammad Nayazri / kumparanOTO
zoom-in-whitePerbesar
BYD e6 jadi armada taksi listrik Blue Bird. Foto: Ghulam Muhammad Nayazri / kumparanOTO
ADVERTISEMENT
Taksi Blue Bird terdampak dalam saat pemerintah memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB. Penumpang berkurang cukup drastis, bisnis semakin sulit.
ADVERTISEMENT
Direktur PT Blue Bird Tbk (BIRD), Adrianto Djokosoetono, buka-bukaan soal kondisi bisnis perusahaan saat masa PSBB akibat virus corona. Menurut dia, itu merupakan periode paling sulit.
"Saya kira banyak sekali industri merasakan dampak pandemi. Transportasi, seperti yang diberitakan BPS, salah satu yang paling terdampak, terutama transportasi udara dan pariwisata, Blue Bird pun enggak terkecuali di masa PSBB sangat terdampak," kata Adrian dalam konferensi pers virtual, Kamis (13/4).
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, dalam enam bulan pertama tahun 2020, Blue Bird mengantongi pendapatan Rp 1,15 triliun. Realisasi itu turun 39,87 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2019 yang mencapai Rp 1,91 triliun.
Penurunan pendapatan itu berbanding lurus dengan turunnya pendapatan dari segmen bisnis taksi perusahaan. Pendapatan dari bisnis taksi BIRD turun 43 persen dari Rp 1,51 triliun di akhir Juni 2019 menjadi Rp 864,76 miliar pada semester pertama tahun ini.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, bisnis non taksi juga tercatat menurun. Pendapatan dari lini tersebut tergerus 27,73 persen menjadi Rp 289,45 miliar di periode Januari-Juni 2020.
BYD e6 jadi armada taksi listrik Blue Bird. Foto: Ghulam Muhammad Nayazri / kumparanOTO
Penurunan pendapatan juga membuat beban perusahaan turun 31,71 persen menjadi Rp 946,27 miliar per 30 Juni 2020. Dengan demikian, BIRD mengantongi penurunan laba bruto 61,24 persen year on year (yoy) menjadi Rp 205,08 miliar pada semester I 2020.
Sementara beban usaha BIRD juga turun tipis 5,59 persen menjadi Rp 312,58 miliar. Kondisi itu membuat BIRD harus membukukan rugi usaha Rp 107,49 miliar pada semester I 2020. Padahal, di periode yang sama tahun lalu, perusahaan masih mencetak laba usaha Rp 198,08 miliar.
Perseroan pun membukukan rugi periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 93,67 miliar di akhir Juni 2020. Realisasi tersebut berbanding terbalik dengan kinerja di semester I 2019 yang masih membukukan laba bersih Rp 158,37 miliar.
ADVERTISEMENT
Adrian memastikan saat ini pihaknya mulai melihat adanya recovery setelah masa transisi PSBB. Adrian pun berharap seiring dengan membaiknya ekonomi, bisnis transportasi terutama Bluebird juga bisa kembali normal.
"Sekarang kita sedang progress untuk menuju recovery yang normal. Minggu demi minggu, bulan demi bulan, kami menuju recovery yang menandakan ekonomi bergerak. Keliatan jalanan mulai macet, kita bersyukur berarti ekonomi sudah jalan," ujarnya.