BNI Sambut Baik Langkah BI Turunkan Suku Bunga Jadi 5,75 Persen

15 Januari 2025 19:43 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Direktur Utama BNI Royke Tumilaar saat meresmikan Kantor Perwakilan BNI Sydney, Australia. Foto: Bank BNI
zoom-in-whitePerbesar
Direktur Utama BNI Royke Tumilaar saat meresmikan Kantor Perwakilan BNI Sydney, Australia. Foto: Bank BNI
ADVERTISEMENT
PT Bank Negara Indonesia (Persero) atau BNI menyambut baik langkah Bank Indonesia (BI) memangkas suku bunga acuan atau BI Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,75 persen di Januari 2025. Direktur Utama BNI, Royke Tumilaar, menilai penurunan suku bunga itu bisa berdampak positif, khususnya ke sektor keuangan.
ADVERTISEMENT
“Maksudnya signal BI turunin suku bunga 0,25 itu udah bagus banget. Itu berarti signal bahwa banyak hal lah. Pasti impact-nya positif lah,” kata Royke di Hotel Mulia Senayan, Rabu (15/1).
Meski begitu, Royke menyebut penurunan suku bunga acuan ini tidak akan terlalu berdampak pada kredit dari BNI. Di samping itu, ia juga belum bisa memastikan kapan suku bunga KPR akan turun.
“Dampaknya kepada kredit seharusnya sih nggak terlalu signifikan. Belum. Kita belum bisa lihat itu, nanti lihat (bunga KPR). Kan itu reference rate-nya BI,” ujar Royke.
Royke berharap penurunan suku bunga acuan ini juga diikuti dengan penurunan suku bunga Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
“Makanya saya berharap spending pemerintah juga tinggi di awal tahun, di awal ini. Terus SRBI juga bisa dikecilin dikit, bunganya diturunin, itu akan banyak,” tutur Royke.
ADVERTISEMENT

Alasan BI Turunkan Suku Bunga: Inflasi hingga Konsumsi Rumah Tangga Lemah

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan keterangan pers terkait hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI di Jakarta, Rabu (15/1/2025). Foto: Dhemas Reviyanto/ANTARA FOTO
Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan alasan penurunan suku bunga ada dari sisi domestik. Faktor pertama adalah BI mencermati tren laju inflasi Indonesia tahun ini dan tahun depan akan lebih rendah dari prediksi awal 2,5 persen.
"[Inflasi] kami perkirakan 2 tahun ini masih akan tetap rendah, dengan inflasi yang rendah terbuka untuk menurunkan suku bunga," kata saat konferensi pers, Rabu (15/1).
Faktor selanjutnya yakni nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang masih tertekan, tetapi cenderung akan relatif stabil sejalan dengan tren ketidakpastian global yang mulai lebih jelas.
Perry mengatakan BI masih melakukan pengkajian berbagai skenario nilai tukar Rupiah, dan kesimpulannya nilai tukar sekarang dan ke depan masih konsisten dengan nilai fundamental yaitu pencapaian inflasi dan juga perkembangannya.
ADVERTISEMENT
Kemudian, BI juga mencermati data-data perekonomian Indonesia pada kuartal IV 2024 yang lebih rendah dari proyeksi sebelumnya, dan kecenderungan pertumbuhan ekonomi di tahun 2025 juga akan lebih rendah.
"Hasil survei kita ke depan menunjukkan ada kecenderungan pertumbuhan ekonomi kita khususnya di tahun 2025 dan mulai keliatan di kuartal IV ini yang lebih rendah dari perkiraan," jelas Perry.
Perry menuturkan, prediksi pertumbuhan ekonomi pada 2024 sedikit lebih rendah, meskipun masih di atas 5 persen namun di bawah 5,1 persen. Untuk tahun ini, perkiraannya di kisaran 4,7 sampai 5,5 persen, dengan titik tengah 5,1 persen.
Faktor dalam negeri lainnya adalah tren konsumsi rumah tangga, terutama masyarakat menengah ke bawah yang rendah. Berdasarkan survei ekspektasi konsumen oleh BI, menunjukkan ekspektasi mengenai penghasilan, konsumsi, dan lapangan pekerjaan hingga investasi belum kuat.
ADVERTISEMENT
Terakhir adalah proyeksi kinerja ekspor melemah, kecuali ke AS. Dengan demikian, dia menilai saat ini adalah waktu yang tepat untuk menurunkan suku bunga acuan, untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik.
Sementara dari sisi global, Perry melihat ketidakpastian global semakin terang benderang, terutama terkait kejelasan arah kebijakan fiskal usai dilantiknya Presiden AS Donald Trump, serta kebijakan bank sentral AS terkait Fed Fund Rate.