Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Bos Antam soal Nikel dan LFP: Semua Punya Kelebihan Masing-masing
23 Januari 2024 18:28 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Direktur Utama PT Aneka Tambang Tbk (Antam ), Nico Kanter, menanggapi kabar terkait nikel sebagai bahan baku baterai kendaraan listrik, di tengah tren penggunaan lithium ferrophosphate atau LFP. LFP digadang-gadang menjadi pesaing nikel atau Nickel Manganese Cobalt Oxide (NMC) sebagai bahan baku baterai kendaraan listrik.
ADVERTISEMENT
Sebab, perusahaan global seperti Tesla disebut sudah melirik LFP. Sehingga mengancam permintaan nikel yang banyak diproduksi di Indonesia.
Nico mengakui saat ini memang mayoritas baterai listrik menggunakan LFP dibanding nikel. Namun, dia yakin ekosistem hilirisasi di Indonesia yang terus digaungkan akan diikuti dengan demand nikel yang besar.
Apalagi, kata Nico, akhir tahun 2023 lalu Antam telah menandatangani kerja sama degan Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co Ltd (CBL), anak usaha Hongkong CBL Limited (HKCBL) dengan nilai investasi Rp 7 triliun.
"Karena ekosistem EV yang ada di Indonesia itu adalah yang pertama di dunia. Jadi maksudnya di negara lain enggak ada karena di negara lain hanya punya infrastruktur tapi enggak punya SDA. Kita punya SDA, kita bisa monetize, kita akan bangun precursor nikel, kita akan bangun EV-nya bahkan recycling. Ini akan jadi yang pertama di dunia meski itu butuh waktu," kata Nico saat ditemui di Kantor Ombudsman Jakarta, Selasa (23/1).
Dengan potensi besar itu, Antam masih percaya dengan masa depan nikel di Indonesia. "Saya bilang lebih pede. Nikel punya kelebihan kelebihan. Tapi untuk jangka panjang untuk baterai, baterai lebih baik. Dari sisi keamanan lebih baik. Semua punya kelebihan masing masing," ujar Nico.
ADVERTISEMENT
Nico mengungkapkan pada saat harga nikel terlalu mahal, maka industri baterai listrik akan beralih ke LFP. Namun banyak faktor yang mempengaruhi hal itu.
Nico menegaskan baik LFP maupun nikel punya kelebihan masing-masing sebagai bahan baku baterai. Di lain sisi, industri baterai listrik akan terus melakukan inovasi dan pengembangan teknologi. Sehingga posisi daya tarik dua komoditi ini akan berubah seiring perkembangan tersebut.
"Kalau enggak (melihat potensi nikel), enggak mungkin dia (industri baterai) investasi ke Indonesia kalau dia melihat LFP itu yang terbaik," terang Nico.
"Tapi pada saat yang bersamaan kita enggak boleh terlena bahwa NMC, nikel based ini akan menguasai dunia, enggak. Kalau harga mahal, membangun (industrinya) lama, aturan susah, pemerintah juga harus memberikan insentif kepada joint venture ini," tambahnya.
ADVERTISEMENT
LFP Jadi Bahan Baku Baterai
Sebelumnya, cawapres nomor urut 02, Gibran Rakabuming Raka, menilai co-captain AMIN, Thomas Lembong, melakukan kebohongan karena menyebut Tesla tak lagi menggunakan nikel sebagai bahan baku baterai listrik.
Hal itu dilontarkan saat bertanya kepada lawannya, cawapres Muhaimin Iskandar alias Cak Imin, saat debat pilpres keempat, Minggu (21/1) malam.
Dikutip dari Europe Autonews, pemilik Tesla, Elon Musk, mengungkapkan alasan mengapa mulai melirik baterai LFP. Elon bilang alasan Tesla akan pakai LFP karena biayanya lebih murah dibandingkan pakai nikel. Bahkan sudah meminta China membangun pabrik baterai listrik berbahan baku LFP di AS sejak Maret 2023.
Untuk LFP, Tesla akan menerapkannya di kendaraan listrik yang berbiaya rendah seperti truk semi berat dan kendaraan listrik Tesla yang terjangkau seperti tipe Model 3 dan Model Y yang saat ini masih pakai nikel. Hal ini terungkap dari paper yang dirilis Tesla, Master Plan Part 3.
ADVERTISEMENT
"Tesla mengatakan kendaraan listrik kecil yang diusulkannya akan menggunakan baterai LFP berkapasitas 53 kilowatt-jam, dibandingkan 75 kWh untuk Model Y dan Model 3," tulis laporan Europe Autonews.
Selain lebih murah, Elon menilai LFP juga dilirik karena cenderung punya risiko kebakaran yang lebih kecil dibandingkan nikel. Meski begitu, Tesla masih pakai nikel untuk produksi kendaraan listrik yang lain.