Bos Bank Indonesia Beberkan 5 Gejolak yang Berdampak Negatif ke Ekonomi RI

29 November 2023 20:49 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gubernur BI Perry Warjiyo di Hotel Mulia, Jumat (25/8). Foto: Ave Airiza Gunanto/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur BI Perry Warjiyo di Hotel Mulia, Jumat (25/8). Foto: Ave Airiza Gunanto/kumparan
ADVERTISEMENT
Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo membeberkan lima gejolak yang akan menghantam Indonesia di tahun 2024 hingga 2025. Hal itu disebabkan oleh ketegangan geopolitik yang terjadi oleh perang Rusia dan Ukraina, perang dagang China dan Amerika Serikat, serta konflik antara Israel dan Palestina.
ADVERTISEMENT
"Fragmentasi geopolitik berdampak pada prospek ekonomi global yang akan meredup pada tahun 2024 sebelum mulai bersinar kembali pada tahun 2025," kata Perry dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia, Rabu (29/11).
Gejolak pertama berasal dari redupnya ekonomi global yang diproyeksi hanya tumbuh di level 2,8 persen pada 2024 sebelum meningkat di 2025.
Kedua, penurunan inflasi yang lambat, walaupun pengetatan moneter agresif diterapkan di negara maju. Menurut Perry baik harga pangan dan global masih akan meningkat, ditambah dengan adanya pengetatan pasar tenaga kerja.
"Inflasi masih di atas target karena harga energi pangan global dan keketatan pasar tenaga kerja," tutur Perry.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan sambutan saat Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Pengendalian Inflasi 2023 di Istana Negara, Jakarta, Kamis (31/8). Foto: ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
Ketiga, tren suku bunga tinggi masih akan terjadi di dalam beberapa waktu ke depan. Misalnya suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat The Fed yang akan memberi tekanan pada pasar keuangan negara berkembang, termasuk Indonesia.
ADVERTISEMENT
Keempat, dolar AS masih kuat yang mengakibatkan pelemahan nilai tukar di seluruh dunia, termasuk rupiah.
"Kelima cash is the king, pelarian modal dalam jumlah besar dari emerging ke negara maju sebagian besar Amerika. Karena tingginya suku bunga dan kuatnya dolar," katanya.
Perry bilang, kelima gejolak tersebut perlu diantisipasi dengan bauran kebijakan yang tepat untuk ketahanan dan kebangkitan ekonomi Indonesia.
"Kelima gejolak global tersebut berdampak negatif ke berbagai negara, termasuk Indonesia. Kita perlu waspada dan antisipasi dengan respons kebijakan yang tepat untuk ketahanan dan kebangkitan ekonomi nasional yang telah susah payah kita bangun," tandasnya.