Bos BCA soal Ekonomi Diprediksi Gelap di 2023: Resesi Global Akan Terjadi!

20 Oktober 2022 17:12 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana laporan keuangan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), Kamis (20/10/2022). Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Suasana laporan keuangan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), Kamis (20/10/2022). Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Ekonomi dunia diproyeksi gelap pada 2023. Hal tersebut dipicu oleh adanya the perfect storm alias krisis multidimensi yang terdiri dari inflasi tinggi, kontraksi ekonomi menuju resesi, hingga situasi geopolitik yang masih dalam ketidakpastian
ADVERTISEMENT
Menanggapi hal itu, Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja telah menduga bahwa resesi global akan terjadi. Pasalnya, kondisi perekonomian dunia pada tahun depan dinilai sangat memprihatinkan.
"Inflasi lumayan tinggi, sejauh ini kurs mulai melemah walaupun masih jauh lebih baik dari negara lain, tapi cost produsen, bahan baku dari impor mau tidak mau, harga minyak seperti yoyo, kemarin 80-an, siang ini sudah mendekati 90 lagi brent," ujar Jahja dalam konferensi pers, Kamis (20/10).
Menurutnya, Ia tidak dapat memastikan apa yang akan terjadi lagi ke depannya. Padahal, saat ini akan memasuki musim dingin di mana kebutuhan akan heater bertambah.
"Kalau musim dingin harga minyak bertambah, Maret tahun depan baru turun lagi," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk Jahja Setiaatmadja dalam konferensi pers kinerja triwulan III-2022 BCA, Kamis (20/10/2022). Foto: Narda Margaretha Sinambela/kumparan
Ia melihat kondisi seperti inilah yang akan membuat biaya produksi meningkat dan akan berpengaruh ke masyarakat. "Cost of produksi belum tentu bisa ditransaksikan ke daya jual. UMR masih minimal, tapi bansos dari pemerintah sangat menolong masyarakat. Buying power belum terlalu besar untuk yang bekerja, pabrik-pabrik tidak bisa naikin begitu mudah, ada juga yang resize packaging untuk mengakali cost," tambah dia.
Di sisi lain, permintaan produksi CPO masih meningkat secara terus menerus dan bahkan diprediksi akan menambah lahan. Perusahaan tambang juga masih membutuhkan tenaga kerja manusia, sehingga tidak bisa diterapkan secara keseluruhan untuk digitalisasi.
"Secara fisik butuh tenaga kerja, belum transport dari tambang. Tidak bisa berjalan sendirian, butuh diangkut dan butuh transportasi. Ini sangat positif, tenaga kerja di daerah tidak cukup menampung. Dari Jawa bisa ke sana," pungkas Jahja.
ADVERTISEMENT
Hal ini tentunya akan membuat pendapatan dapat dibagi ke tempat mereka bekerja. Mulai dari Kalimantan hingga Sulawesi. Ia melihat, pertumbuhan ekonomi akan lebih cepat berkembang.
"Tentu ada saving sebagian hasil gaji kirim ke rumah. Jawa akan menambah belanja, hipotesa ini secara individu. Pintar-pintar apa yang laku dan bisa dijual bagi pengusaha. Kalau ini aman mudah-mudahan tidak terjadi resesi," tandasnya.