Bos BRI Beberkan Strategi Hadapi Tantangan Ekonomi di 2023

17 Januari 2023 12:56 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Direktur Utama BRI Sunarso mendapatkan penghargaan "Leadership Excellence Award". Foto: Dok. BRI
zoom-in-whitePerbesar
Direktur Utama BRI Sunarso mendapatkan penghargaan "Leadership Excellence Award". Foto: Dok. BRI
ADVERTISEMENT
Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI Sunarso mengamati ketidakpastian dan risiko perekonomian global meningkat, dengan munculnya potensi banyak negara mengalami resesi ekonomi di tahun 2023.
ADVERTISEMENT
Dia menilai probabilitas resesi ekonomi Indonesia hanya 3 persen. Tren industri perbankan akan dipengaruhi oleh perubahan perilaku nasabah dan kompetisi fintech.
"Skenario jika ekonomi tetap stagnan, inflasi naik dan kualitas pinjaman memburuk, ini worst scenario. Pengaturan portofolio kredit (Loan Portfolio Guideline) sangat ketat dan mempertahankan coverage ratio yang tinggi," ujar Sunarso dalam webinar OJK Institute, Selasa (17/1).
Sunarso melanjutkan, bank bisa memonitor kualitas pinjaman yang intensif, melakukan simulasi dan stress-test secara kesinambungan. Di sisi lain, ketika ekonomi tetap stagnan namun inflasi terkendali dan kualitas pinjaman membaik, bank bisa mengatur portofolio kredit secara moderat.
"(Bank) mempertahankan coverage ratio yang tetap tinggi untuk jaga-jaga terjadi pemburukan. Jika ekonomi pulih tapi inflasi naik dan kualitas pinjaman memburuk, bank harus mempercepat proses write-offs (hapus buku terhadap utang debitur) untuk tingkat pemulihan yang lebih tinggi," katanya.
ADVERTISEMENT
Berbagai strategi lain yang dilakukan bank ketika inflasi naik, lanjut Sunarso, yaitu dengan metode mengurangi risiko kredit atau enchantment credit risk model. Bank juga harus memantau kualitas pinjaman secara intensif.
Sunarso membeberkan tantangan yang dihadapi bank pada tahun 2023, yakni resesi Amerika Serikat dan perlambatan ekonomi global. Selain itu, tantangan muncul dari tensi geopolitik global yang mengganggu rantai pasok global.
"Challenging berikutnya adalah tekanan inflasi yang masih tinggi yang responnya macam-macam, ada yang menaikkan suku bunga," imbuhnya.
Dengan tekanan inflasi ini, kata Sunarso, beberapa negara memiliki peluang mengalami resesi lebih tinggi. Tantangan terakhir, yakni kasus COVID-19 di China kembali meningkat.
Tren industri perbankan di Indonesia akan dipengaruhi oleh enam faktor utama, antara lain demografi penduduk, perubahan perilaku nasabah, implementasi ESG, penurunan kredit, utilisasi data dan teknologi, serta kompetisi fintech.
ADVERTISEMENT
"Transaksi digital payment meningkat lebih dari 30 persen, sedangkan transaksi cash turun 10 persen. Investor juga concern terhadap aspek ESG, yang berpengaruh terhadap perubahan tata kelola dan bisnis," lanjutnya.
***
Saksikan konten game changer kumparan mulai 18 Januari - 22 Maret 2023 di berbagai platform kumparan.