Bos Bukalapak: Startup Teknologi Tak Harus Bakar Uang

9 Juli 2021 13:11 WIB
·
waktu baca 2 menit
clock
Diperbarui 13 Agustus 2021 13:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Bukalapak.
 Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Bukalapak. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Startup Bukalapak kini secara resmi telah mencatatkan diri di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perusahaan rintisan dengan fokus jual beli online itu melaksanakan Initial Public Offering atau IPO dengan nama PT Bukalapak.com Tbk.
ADVERTISEMENT
Direktur Utama Bukalapak, Rachmat Kaimuddin, menjelaskan langkah perusahaan terjun ke pasar saham ini merupakan siasat untuk memastikan keberlanjutan bisnis di masa mendatang.
Dengan menjadi perusahaan terbuka, dia menginginkan saham Bukalapak bisa dimiliki oleh masyarakat secara luas. Termasuk juga para mitra UMKM yang selama ini menjadi rekan bisnis, ia imbau untuk bisa ambil bagian sebagai pemilik saham.
Di balik langkah ini, Rachmat juga menekankan bahwa Bukalapak ingin startup lepas dari stigma negatif. Terutama dari anggapan bahwa perusahaan rintisan mesti bakar uang agar bisa meroket.
"Banyak yang bilang di perusahaan teknologi kalau mau tumbuh lebih besar harus bakar uang yang lebih banyak. Tapi cara pikir kami di Bukalapak sedikit berbeda, kami ingin tumbuh sekaligus memperbaiki profitabilitas keuangan kami," ujarnya dalam Public Expose Penawaran Perdana Saham, Jumat (9/7).
ADVERTISEMENT
Soal bakar uang ini, perusahaan-perusahaan berbasis teknologi yang baru lahir kerap diidentikkan dengan strategi bakar uang. Sebut saja mulai dari menebar berbagai promosi, diskon, sampai cashback buat menarik perhatian.
Rachmat menyatakan, pendapatan dan transaksi Bukalapak terus tumbuh dari tahun ke tahun. Di samping itu, menurutnya, perusahaan juga berhasil memperbaiki posisi ebitda di tahun 2020 dan berharap mampu melanjutkan tren tersebut.
"Kami berhasil memperbaiki posisi EBITDA kami dari minus Rp 2,69 triliun menjadi minus Rp 1,67 triliun, perbaikan lebih dari Rp 1 triliun," pungkasnya.
Di samping itu, tata kelola perusahaan juga diyakini bakal semakin baik. Terlebih dengan diserahkannya pengelolaan Bukalapak kepada profesional.
Dua di antaranya yang ia banggakan adalah langkah memboyong Bambang Brodjonegoro dan Yenny Wahid sebagai komisaris perusahaan. Mantan Menristek itu saat ini tercatat sebagai Komisaris Utama Bukalapak, sedangkan Yenny Wahid masuk dalam jajaran komisaris.
ADVERTISEMENT
"Pak Bambang Brodjonegoro dan Bu Yenny adalah tokoh yang sangat dikenal dengan rekam jejak cemerlang. Terutama di bidang ekonomi, pemerintahan, dan pelayanan masyarakat," pungkas CEO Bukalapak.