Bos IBC Sebut Industri Baterai Bisa Tekan Impor BBM 30 Juta Barel per Tahun

27 November 2023 17:45 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
IBC resmi akuisisi Gesits dari WIKON, Rabu (14/12/2022). Foto: Dok. Kementerian BUMN
zoom-in-whitePerbesar
IBC resmi akuisisi Gesits dari WIKON, Rabu (14/12/2022). Foto: Dok. Kementerian BUMN
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Indonesia Battery Corporation (IBC) menyebutkan sederet keuntungan yang bisa didapat Indonesia setelah mengembangkan industri baterai kendaraan listrik di dalam negeri, salah satunya pengurangan impor BBM.
ADVERTISEMENT
IBC berencana memproduksi baterai kendaraan listrik pertama sebesar 10 gigawatt per hour (GWH) dan 5.000 stasiun penukaran baterai (swap battery) di tahun 2024. Produksi baterai dari pabrik hasil kerja sama dengan perusahaan asal Korea Selatan, LG dan Hyundai.
Direktur Utama IBC, Toto Nugroho, menyebutkan potensi pengembangan industri baterai bisa mengurangi emisi gas rumah kaca hingga 9 juta ton CO2 per tahun, atau kurang lebih 8 persen dari emisi sektor transportasi nasional.
"Dari segi pengurangan impor, ini diperkirakan hampir 30 juta barel per tahun, itu bisa kita dapat hemat dengan menggunakan elektrik instead of dari segi fossil fuel," ungkapnya saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR, Senin (27/11).
Toto melanjutkan, perkembangan industri baterai kendaraan listrik dan stasiun penukaran baterai tersebut untuk mendukung bauran energi baru terbarukan (EBT) di tahun 2024 sebesar 13 persen.
ADVERTISEMENT
IBC resmi akuisisi Gesits dari WIKON, Rabu (14/12/2022). Foto: Dok. Kementerian BUMN
Dia menuturkan, di tahun 2034 mendatang Indonesia menargetkan produksi 50 GWH baterai kendaraan listrik, baik itu untuk kendaraan listrik roda empat maupun roda dua.
Sementara target produksi baterai kendaraan listrik di tahun 2035, Toto memprediksi potensi perkembangannya sudah mendekati hampir 60 GWh. Potensi tersebut setara dengan jutaan unit kendaraan listrik.
"60 GWh ini kalau dari segi roda 4, ini bisa sekitar kurang lebih kebutuhannya hampir 400-600 ribu kendaraan roda 4, dan untuk roda 2 ini bisa mencapai 3 atau 4 juta unit," ungkap Toto.
Berdasarkan catatan kumparan, selama ini Indonesia memang merupakan negara pengimpor minyak, karena produksi dalam negeri tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan nasional. Konsumsi minyak Indonesia berkisar antara 1,4 juta hingga 1,6 juta barel per hari. Sementara produksinya hanya berkisar antara 600.000 hingga 700.000 barel per hari.
ADVERTISEMENT
Pada 2022 misalnya, kebutuhan minyak Indonesia mencapai 1,585 juta barel per hari. Sementara produksi pada tahun yang sama hanya 612.300 barel per hari. Artinya, masih ada 972.700 barel minyak yang masih harus diimpor setiap harinya untuk menutupi kebutuhan dalam negeri.