Bos IMF Ungkap Kerugian ASEAN Akibat Bencana Alam Tembus USD 100 M per Tahun

7 September 2023 11:54 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Joko Widodo menempelkan gambar bendera Merah Putih pada barang yang akan disumbangkan kepada korban bencana alam Pakistan di Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta, Senin (26/9). Foto: Akbar Nugroho Gumay/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Joko Widodo menempelkan gambar bendera Merah Putih pada barang yang akan disumbangkan kepada korban bencana alam Pakistan di Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta, Senin (26/9). Foto: Akbar Nugroho Gumay/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
International Monetary Fund (IMF) atau Dana Moneter Internasional mengungkapkan perubahan iklim telah membahayakan stabilisasi makroekonomi dan keuangan di kawasan ASEAN. Hal ini didorong oleh meningkatnya suhu rata-rata global yang menyebabkan kekeringan.
ADVERTISEMENT
Managing Director IMF, Kristalina Georgieva, mengungkapkan Thailand, Filiphina, Taiwan, dan Myanmar menjadi negara di ASEAN yang paling terdampak perubahan iklim. Negara-negara ini disebut masuk ke dalam 10 besar indeks risiko iklim global.
“Kita tahu bahwa suhu meningkat dua kali lipat, lebih cepat dari rata-rata global. Dan hal ini menyebabkan kejadian cuaca ekstrem yang lebih sering dan parah. Paparan negara-negara ASEAN begitu signifikan, empat negara, Myanmar, Filipina, Vietnam, dan Taiwan, termasuk dalam 10 besar indeks risiko iklim global,” kata Kristalina dalam sambutan ISF, Jakarta, Kamis (7/9).
Selain itu, Kristalina mengatakan Indonesia menghadapi ancaman bencana kenaikan permukaan air laut. Kondisi ini tentu merugikan satwa liar dan telah menghancurkan penghidupan ratusan juta orang.
ADVERTISEMENT
Ia pun menyebut kerugian ekonomi akibat bencana di negara kawasan ASEAN rata-rata mencapai USD 100 miliar per tahun. "Kami memperkirakan kerugian ekonomi akibat bencana di ASEAN rata-rata sekitar USD 100 miliar per tahun dan lebih signifikan lagi jika kita melihat ke masa depan," ujarnya.
“Negara-negara ASEAN memiliki 190 juta orang yang hidup di bawah batas tersebut, sedangkan 190 juta orang hanya bisa mendapatkan makanan dan jika saya masukkan ke dalamnya,” tuturnya.