Bos Kadin Beberkan Penyebab Masih Tingginya Lulusan Sarjana yang Menganggur

7 Maret 2023 15:22 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Arsjad Rasjid gelar tur Eropa untuk promosikan B20. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Arsjad Rasjid gelar tur Eropa untuk promosikan B20. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Arsjad Rasjid menyebutkan penduduk usia produktif mencapai 69 persen dari total populasi. Meski begitu masih banyak yang belum terserap dunia kerja.
ADVERTISEMENT
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah pengangguran di Indonesia mencapai 8,4 juta orang pada Agustus 2022. Andilnya mencapai 5,86 persen dari total angkatan kerja nasional.
"Lulusan universitas masih menjadi kontributor dari pengangguran terbuka sebesar 8 persen di Agustus 2022. Sementara lulusan SMK mencapai 9,4 persen," ujar Arsjad dalam Rakernas Bidang Ketenagakerjaan di Menara Kadin, Selasa (7/3).
Menurutnya, masih banyak lulusan sarjana yang menganggur akibat skill gap antara kebutuhan industri dengan kapasitas lulusan perguruan tinggi dan vokasi Indonesia yang kurang saling terhubung satu sama lain atau kurang link and match. Arsjad bilang, hal ini akan menjadi permasalahan di kemudian hari apabila dibiarkan.
Untuk itu, kolaborasi dunia pendidikan, vokasi dengan dunia usaha dan dunia industri (DUDI) termasuk usaha, kecil dan menengah (UKM) sangat penting untuk meningkatkan produktivitas usaha. Apalagi Indonesia memiliki jutaan UMKM.
ADVERTISEMENT
Arsjad menilai UMKM berhasil menjadi basis ekonomi nasional dengan daya serap tenaga kerja sebesar 97 persen dan mendominasi struktur usaha Indonesia hingga 99 persen. Namun, UMKM masih didominasi usaha mikro dan kecil serta memiliki tantangan untuk scaling up.
"Kok bisa? salah satunya salah satunya karena pengusaha UMKM masih belum memiliki kapasitas entrepreneurship yang berkualitas. Misalnya banyak pelaku UMKM belum tahu bagaimana menggunakan internet untuk marketing bahkan memperluas pasar ke ekspor, belum memahami pembuatan laporan keuangan, masih sulit mendapatkan akses pembiayaan serta hambatan-hambatan lainnya," jelasnya.
Ia juga berharap dengan Rakernas Kadin bidang Ketenagakerjaan ini bisa menghasilkan ide dan program yang inovatif untuk menjawab permasalahan vokasi dan UMKM di Indonesia.
Hal senada juga disampaikan Menteri Ketenagakerjaan (Menaker), Ida Fauziyah, tantangan ketenagakerjaan yang masih dihadapi sampai saat ini adalah persoalan kualitas sumber daya manusia. Sekitar 56 persen pendidikan angkatan kerja masih didominasi oleh tingkat pendidikan SMP ke bawah.
ADVERTISEMENT
"Ini persentase lebih tinggi 56 persen, angkatan kerja kita didominasi oleh angkatan kerja yang tingkat pendidikannya SMP ke bawah," kata Ida.
Kondisi ini berbanding terbalik dengan tingkat pengangguran yang didominasi oleh angkatan kerja dengan tingkat pendidikan lebih baik, seperti SMA, SMK ,dan perguruan tinggi. Ida menyebutkan ada 1,2 juta pengangguran dengan kontribusi tingkat penganggurannya sebesar 6,2 persen.
"Angkatan kerja masih didominasi oleh tingkat pendidikan SMP ke bawah, sementara yang menganggur justru dikontribusikan oleh SMA, SMK, dan Perguruan Tinggi. Ini faktor link and match, tidak adanya link and match masih cukup dominan," pungkasnya.