Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Bos LPS: Potensi Perang Tarif Mengancam Usai Trump Jadi Presiden AS Lagi
20 November 2024 11:41 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS ), Purbaya Yudhi Sadewa, memperingatkan adanya potensi perang tarif yang dapat mengganggu stabilitas ekonomi global setelah Donald Trump kembali terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat. Dia menyebut kebijakan tarif yang agresif berpotensi memicu ketegangan perdagangan antarnegara.
ADVERTISEMENT
"Salah satu risiko yang perlu kita waspadai adalah potensi perang tarif yang kembali terjadi setelah terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat. Kebijakan kenaikan tarif ini dapat memicu ketegangan perdagangan yang berpotensi menghambat pertumbuhan ekonomi global," kata Purbaya dalam Rapat Komisi XI DPR RI, Rabu (20/11).
Selain isu perang tarif, Purbaya juga menyoroti ketegangan geopolitik yang terus memanas. Terutama di Timur Tengah, menyusul konflik antara Israel dan Iran.
"Ketegangan ini dapat memberikan dampak langsung pada volatilitas harga komoditas energi, yang pada gilirannya mempengaruhi inflasi global dan daya beli masyarakat," tambahnya.
Ia juga menyebut, dunia masih menghadapi tantangan lain, termasuk pemulihan ekonomi Tiongkok yang tertekan oleh krisis properti. Serta ancaman perubahan iklim yang semakin mendesak untuk diatasi.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, Purbaya optimistis bahwa kondisi ekonomi global saat ini masih cukup solid. "Ekonomi global saat ini masih berada dalam kondisi yang relatif baik dengan potensi terjadinya soft landing, yakni pelemahan ekonomi tanpa menimbulkan kenaikan tingkat pengangguran yang signifikan. Namun, kewaspadaan tetap diperlukan mengingat risiko-risiko yang telah dibahas sebelumnya," ungkapnya.
Di tingkat domestik, Purbaya menyampaikan ekonomi Indonesia masih menunjukkan pertumbuhan yang positif meskipun mengalami sedikit perlambatan. Pada kuartal III 2024, ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 4,95 persen secara tahunan (year on year/yoy), lebih rendah dibandingkan dua kuartal sebelumnya.
"Secara full year 2024, kami memperkirakan ekonomi Indonesia masih akan mampu tumbuh sekitar 5 persen. Namun, langkah strategis tetap diperlukan untuk menjaga momentum pertumbuhan yang berkelanjutan," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Purbaya menekankan pentingnya kebijakan yang terintegrasi dan responsif untuk menghadapi berbagai risiko, baik dari sisi global maupun domestik.
"Risiko perang tarif atau ketegangan perdagangan internasional tetap harus diantisipasi agar tidak menghambat pemulihan ekonomi global maupun nasional," pungkasnya.