Bos Pertamina Hadapi Corona: Jika Harus Potong Gaji, Direksi yang Pertama

30 April 2020 20:50 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi SPBU Pertamina. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi SPBU Pertamina. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
ADVERTISEMENT
PT Pertamina (Persero) melakukan efisiensi besar-besaran di sektor bisnis hulu hingga hilirnya untuk menekan biaya di masa pandemi COVID-19. Kesehatan keuangan harus dijaga karena bisnis perusahaan terdampak akibat melemahnya harga minyak mentah dunia dan turunnya konsumsi BBM dalam negeri.
ADVERTISEMENT
Direksi dan Komisaris Pertamina pun tak akan mendapatkan Tunjangan Hari Raya (THR) tahun ini sesuai dengan arahan Menteri BUMN Erick Thohir. Selain tak mendapatkan THR, perusahaan juga tak menutup kemungkinan memotong gaji direksi jika diperlukan ke depannya.
“Tapi yang paling penting melakukan efisiensi, cutting cost ini. Kami sudah pasti tidak dapat THR, jadi nanti kalau ada pemotongan gaji pun, pertama direksi yang harus dipotong. Harus begitu. Jadi yang tadinya enggak terpikir terjadi, hari ini terjadi lho,” kata Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati dalam konferensi pers daring, Kamis (30/4).
Kata Nicke, turunnya penjualan BBM tahun ini merupakan yang terparah sepanjang sejarah. Lima kota besar mulai dari Bandung, Jakarta, Surabaya, Medan, dan Makassar, penjualannya turun di atas 50 persen.
Dirut Pertamina Nicke Widyawati di pertamina energy forum 2019. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
Pertamina pun sudah membuat dua skenario terburuk. Kedua skenario itu dibuat dengan perhitungan pendapatan perusahaan tergerus cukup dalam di akhir tahun.
ADVERTISEMENT
Pertama, skenario berat dengan asumsi harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) USD 38 per barel, pendapatan perusahaan bisa turun 38 persen dari Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) 2020 sebesar USD 58,3 miliar.
Dia menjelaskan, dengan asumsi itu maka pendapatan dari sisi hulu turun 56,56 persen dari RKAP, hilir turun 38,42 persen, sub holding gas turun 13,54 persen, dan finance & services turun 39,96 persen.
Sedangkan pada skenario sangat berat, ICP diasumsikan turun ke USD 31 per barel dan nilai tukar rupiah Rp 20 ribu per dolar AS. Dari skenario kedua itu, pendapatan perusahan diprediksi turun hingga 45 persen.
“Skenario yang kami buat COVID-19 ini dampaknya sampai akhir tahun dan recovery awal tahun depan. Itu sudah masuk dalam skenario kita termasuk kurangi produksi di kilang dan melihat peluang ekspor produk tertentu yang demand-nya (permintaannya) ada,” ujar dia.
ADVERTISEMENT
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)
***
Yuk! bantu donasi atasi dampak corona.