Bos Semen Indonesia: Pembangunan IKN Nusantara Potensi Serap Semen 21 Juta Ton

24 Mei 2022 15:16 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
8
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
PT Semen Indonesia (Persero) Tbk resmi memperkenalkan logo baru bertajuk SIG. Foto: Selfy Momongan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
PT Semen Indonesia (Persero) Tbk resmi memperkenalkan logo baru bertajuk SIG. Foto: Selfy Momongan/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Direktur Utama PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) Donny Arsal mengungkapkan pembangunan IKN Nusantara berpotensi mengerek permintaan semen dalam negeri.
ADVERTISEMENT
Dalam rapat bersama Komisi VI DPR RI, Donny mengungkapkan saat ini Semen Indonesia Group masih mengalami masalah kelebihan produksi. Sebagian dari suplai semen nasional masih tidak terserap di pasaran.
Kapasitas produksi nasional per 31 Desember 2021 adalah sebesar 119,1 juta ton. Sementara permintaan atau demand adalah 65,2 juta ton. Sehingga masih ada gap sebesar 53,8 juta ton.
"Ada opportunity pembangunan ibu kota baru, yang diperkirakan akan memberikan potensi demand secara nasional dalam 20 tahun 21 juta ton," ujar Donny dalam rapat yang disiarkan virtual, Selasa (24/5).
Selain itu, ia meyakini prospek industri semen akan semakin baik dengan asumsi pertambahan populasi penduduk sebesar 1 persen tiap tahunnya.
Ini diperkuat dengan masih tingginya dana pembangunan infrastruktur. Di mana pada tahun 2022, alokasi anggaran infrastruktur adalah sebesar Rp 385 triliun. Adapun peluang lainnya, kata Donny, didapat dari backlog perumahan yang masih mencapai 12,7 juta unit pada saat ini.
ADVERTISEMENT
"Jadi backlog pembangunan rumah sebesar 12,7 juta saat ini kita harapkan mendorong permintaan semen nasional," pungkasnya.
Kendati demikian, Donny memproyeksikan bahwa meski terus menurun, kondisi oversupply ini masih akan terus dialami Semen Indonesia hingga 2030.
"Dengan demand ke depan kita berharap gap mengecil, kita perkirakan 2030 itu 18,1 juta ton. Jadi tetap masih oversupply, tapi dalam kondisi semakin merapat," lanjut Donny Arsal.