BPJamsostek Pangkas Investasi di Pasar Modal Beralih ke SBN, Bikin IHSG Jeblok?

31 Maret 2021 17:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Layar menampilkan pergerakan perdagangan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (23/10). Foto: Hafidz Mubarak A/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Layar menampilkan pergerakan perdagangan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (23/10). Foto: Hafidz Mubarak A/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan atau BPJamsostek akan mengubah komposisi portofolio investasi dari dana kelolaan mereka. Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan Anggoro Eko Cahyo mengkonfirmasi pihaknya bakal mengurangi investasi mereka di saham dan reksadana, kemudian mengalihkan portofolio investasi ke Surat Berharga Negara (SBN).
ADVERTISEMENT
“BPJamsostek mempertimbangkan penyesuaian portofolio investasi yang dilakukan secara bertahap dalam jangka panjang dengan menambah alokasi pada surat utang, baik SBN maupun surat utang korporasi yang memenuhi persyaratan,” ujar Anggoro kepada kumparan, Rabu (31/3). Selain itu Anggoro mengatakan pihaknya juga akan mengoptimalkan investasi langsung salah satunya melalui kerja sama dengan SWF.
Penyesuaian ini bukan berarti BPJamsostek tidak optimistis dengan prospek investasi di pasar modal Indonesia. Justru menurut Anggoro dalam jangka panjang atau sekitar 10-15 tahun ke depan, BPJamsostek masih melihat pasar modal khususnya instrumen berbasis ekuitas sebagai investasi yang punya daya ungkit return cukup tinggi.
“Namun saat ini, kondisi pasar modal banyak dipengaruhi sentimen global, sehingga memicu peningkatan volatilitas,” ujar Anggoro.
ADVERTISEMENT
Alasan inilah yang mendasari BPJS Ketenagakerjaan untuk mengubah komposisi investasi mereka. Dengan kata lain, pasar saham masih dinilai berisiko ketimbang SBN, instrumen yang dijamin oleh negara.
Gedung BPJS Ketenagakerjaan Foto: Nugroho Sejati/kumparan
Padahal menurut Anggoro, dalam mengelola dana peserta, BPJamsostek harus mengutamakan hasil yang optimal untuk peserta, dengan mempertimbangkan prinsip kepatuhan dan kehati-hatian. Selain itu, investasi BPJamsostek juga harus memastikan kesesuaian kebutuhan liabilitas setiap program (Asset Liabilities Matching - ALMA).
Menurut Anggoro, penyesuaian ini nantinya akan mempengaruhi bobot alokasi investasi berbasis ekuitas secara alamiah seiring dengan pertumbuhan dana.
Adapun per Februari 2021, total dana kelolaan BPJamsostek tercatat sebesar Rp 489,89 triliun, dengan rata-rata pertumbuhan tahunan mencapai 17 persen CAGR. Adapun Aset Alokasi per Februari 2021 adalah Surat utang sebesar 65 persen, deposito 12 persen, saham 14 persen, reksadana 8 persen dan investasi langsung 1 persen.
ADVERTISEMENT
Dilihat dari komposisi tersebut, maka BPJS Ketenagakerjaan bisa disebut sebagai salah satu investor institusi raksasa di pasar modal. Ini artinya apabila porsi investasi di saham dan reksa dana dikerdilkan, maka kebijakan tersebut berpotensi menimbulkan terjadinya arus uang keluar dari pasar modal dalam jumlah yang lumayan.
Tak heran, wacana pengurangan investasi BPJS Ketenagakerjaan di pasar modal tampaknya memiliki pengaruh terhadap tekanan di Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama dua hari berturut-turut. Kemarin Selasa (30/3), IHSG ditutup melemah ke level 6.071,44 atau turun 1,55 persen. Pelemahan berlanjut pada perdagangan hari ini, Rabu (31/3), IHSG kembali terperosok 1,42 persen ke level 5.985,52. Selain itu, kinerja Bursa Saham Indonesia juga tercatat paling buruk se-Asia dalam 2 hari terakhir.
ADVERTISEMENT