BPS: Indeks Harga Konsumen Agustus 2024 Deflasi 0,03 Persen

2 September 2024 11:22 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pedagang mengangkat dagangannya di Pasar Induk, Kramat Jati, Jakarta, Kamis (1/9/2022). Foto: Asprilla Dwi Adha/Antara Foto
zoom-in-whitePerbesar
Pedagang mengangkat dagangannya di Pasar Induk, Kramat Jati, Jakarta, Kamis (1/9/2022). Foto: Asprilla Dwi Adha/Antara Foto
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan indeks harga konsumen (IHK) di Agustus 2024 menunjukkan deflasi sebesar 0,03 persen dibandingkan bulan sebelumnya atau month to month (mtm). Sementara secara tahunan atau year on year (yoy), menunjukkan inflasi hingga 2,12 persen.
ADVERTISEMENT
"Terjadi deflasi di Agustus 2024 yang lebih rendah dibandingkan Juli 2024 dan deflasi keempat di 2024," kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini di Kantor Pusat BPS, Senin (15/1).
Pudji mengatakan tingkat inflasi tahun kalender per Agustus 2024 sebesar 0,87 persen. Penyumbang deflasi utama pada Agustus ini berasal kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan andil deflasi 0,15 persen.
“Catatan lainnya kelompok pendidikan memberikan andil inflasi 0,65 persen atau mengalami inflasi 0,65 persen. Biaya sekolah dasar atau SD, biaya kuliah, SMA memberikan andil inflasi masing-masing 0,1 persen,” ungkap Pudji.
Komponen harga yang diatur pemerintah mengalami inflasi sebesar 0,23 persen dengan andil inflasi sebesar 0,04 persen. Penyumbang utama inflasi komponen harga diatur pemerintah adalah bensin dan sigaret kretek mesin (SKM).
ADVERTISEMENT
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini dalam koneferensi pers, Jumat (15/12). Foto: Dok. BPS
Kemudian, komponen harga bergejolak mengalami deflasi 1,24 persen. Dengan komoditas penyumbang adalah bawang merah, daging ayam ras, tomat, dan telur ayam ras.
"Komponen inti mengalami inflasi sebesar 0,20 persen dengan andil inflasi sebesar 0,13 persen," ujar Pudji.
Pudji menjelaskan komoditas yang dominan memberikan andil inflasi komponen inti adalah kopi bubuk, emas perhiasan, biaya sekolah dasar, biaya perguruan tinggi, dan biaya sekolah menengah pertama.
Lebih lanjut, Pudji mencatat sebanyak 26 dari 38 provinsi Indonesia mengalami deflasi. Sedangkan 12 lainnya mengalami inflasi.
“Deflasi terdalam sebesar 0,39 persen terjadi di Kalimantan Tengah. Sementara inflasi tertinggi terjadi di Papua Barat sebesar 0,31 persen," tutur Pudji.