BPS Sebut Inflasi 2023 Terendah dalam 2 Dekade Selain Masa Pandemi

2 Januari 2024 12:52 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ilustrasi bumbu dapur di pasar Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi bumbu dapur di pasar Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan laju inflasi di tahun 2023 terendah dalam 20 tahun terakhir alias 2 dekade. Inflasi secara tahunan (year on year/yoy) dan tahun kalender (year to date/ytd) di Desember 2023 sebesar 2,61 persen.
ADVERTISEMENT
Angka inflasi tahun ini memang jauh lebih rendah dari tahun 2022. BPS mencatat pada Desember 2022 lalu, laju inflasi mencapai 5,51 persen baik itu secara tahunan maupun tahun kalender.
"Di luar periode terdampak pandemi yaitu tahun 2020 dan 2021, inflasi tahun 2023 merupakan inflasi terendah dalam 20 tahun terakhir," ujar Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti saat rilis BPS, Selasa (2/1).
Amalia menuturkan, secara historis kenaikan harga BBM bersubsidi biasanya membuat goncangan terhadap inflasi tahunan. Contohnya pada tahun 2005 tingkat inflasi relatif tinggi, namun setelahnya pada tahun 2006 inflasi menjadi relatif rendah.
Dia menyebut fenomena tersebut sebagai base effect. Selain tahun 2005, pola ini ternyata terjadi pada tahun 2008, 2013, dan 2014. Pola yang sama juga terlihat pada 2 tahun terakhir yaitu 2022 dan 2023.
ADVERTISEMENT
"Kenaikan harga BBM pada September 2022 memberikan tekanan inflasi pada tahun 2022, kemudian di 2023 ini diikuti oleh inflasi yang relatif rendah, ini ktia sebut juga dengan base effect," jelas Amalia.
Plt. Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, dalam konferensi pers di Kantor Pusat BPS, Senin (2/10/2023). Foto: Dok. BPS
Selain faktor base effect, landainya inflasi 2023 terpengaruh fenomena el nino yang mendorong inflasi harga bergejolak terutama beras, namun koordinasi yang intensif dari berbagai pemangku kepentingan membuat tekanan ini bisa dikendalikan dengan baik di sisi suplai atau pasokan.
"Upaya yang terkoordinasi dan terorkestrasi dengan baik untuk mengendalikan inflasi yang melibatkan seluruh stakeholder ini juga salah satu faktor yang bisa menahan tekanan inflasi yang terjadi di Indonesia," tuturnya.
Amalia menyebutkan, besaran inflasi tahunan pada kelompok pengeluaran di tahun 2023 memang lebih rendah signifikan dari tahun 2022, terutama terjadi pada kelompok perubahan air listrik dan bahan bakar rumah tangga serta transportasi.
ADVERTISEMENT
"Komponen inti mengalami tren cenderung turun landai selama 2023, di sisi lain administered price menurun sejak terakhir naik cukup drastis di September 2022. Sementara itu, komoditas harga bergejolak masih relatif berfluktuasi disebabkan berbagai faktor eksternal terutama dampak cuaca atau el nino, andilnya dari Januari-Desember terlihat juga dalam tren menurun," pungkasnya.