BPTJ: Transportasi Publik di Jabodetabek Sudah Bagus, tapi Integrasinya Kurang

10 September 2020 14:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Direktur Jenderal Perhubungan Udara, Polana B. Pramesti. Foto: Selfy Momongan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Direktur Jenderal Perhubungan Udara, Polana B. Pramesti. Foto: Selfy Momongan/kumparan
ADVERTISEMENT
Moda transportasi publik di Jabodetabek terus berkembang. Namun, peningkatan sarana transportasi tersebut belum didukung dengan maksimalnya integrasi di masing-masing moda.
ADVERTISEMENT
Kondisi tersebut diakui oleh Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ), Polana B Pramesti. Ia mengatakan proses tersebut saat ini sedang menjadi pekerjaan yang akan diselesaikannya.
“Fasilitas integrasi baik itu LRT maupun simpul-simpul terminal itu menjadi tugas kami mensinergikan, agar fasilitas integrasi itu apakah park and ride atau mungkin yang sedang ngetren TOD itu menjadi satu yang dapat ditingkatkan,” kata Polana saat rapat bersama Komisi V DPR yang juga disiarkan secara virtual, Kamis (10/9).
“Saat ini transportasi di Jabodetabek secara individu sudah bagus, namun integrasinya yang masih perlu ditingkatkan,” tambahnya.
Bus TransJakarta melintas di dekat papan himbauan pencegahan penyebaran virus Corona (COVID-19), di Jakarta. Foto: ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
Polana mencontohkan di LRT Cawang ke Cibubur. Ia menjelaskan LRT tersebut mempunyai 11 titik yang bisa disinergikan. Menurutnya, langkah itu harus diprioritaskan juga sebelum LRT selesai tahun 2022. Sehingga masyarakat bisa menggunakan atau berpindah moda transportasi secara gampang.
ADVERTISEMENT
“Kami mempunyai tugas salah satunya bahwa masyarakat bisa berpindah dari moda satu ke moda yang lain secara mudah,” ujar Polana.
Untuk mencapai target tersebut, BPTJ sudah mendapatkan anggaran di tahun 2021 mencapai Rp 350,5 miliar. Anggaran tersebut akan dimaksimalkan dalam 2 program yaitu konektivitas sebesar Rp 264,4 miliar dan dukungan manajemen Rp 88,16 miliar.