Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
BRI Bantu UMKM Optimalkan Produk Bambu Hingga Mancanegara
8 September 2024 10:42 WIB
·
waktu baca 4 menitAdang berhasil mengoptimalkan bambu menjadi berbagai jenis kerajinan dan produk olahan makanan dan terkenal hingga di tingkat internasional.
Awalnya, bermodal sendiri, Adang mulai belajar tentang bambu dan melakukan serangkaian penelitian serta percobaan. Sekitar 2013, Adang berhasil membuat biola bambu pertamanya, diikuti alat musik lain seperti gitar dan bas.
Mulanya bambu-bambu itu, kata Adang, adalah hasil meminta dari kebun ke kebun. Kegigihan dan buah karyanya mulai diketahui, hingga ia dan tim pun kemudian diundang ke gelaran acara festival musik di Jakarta. Mulanya, Adang merasa minder.
"Tapi ternyata booth kami dipenuhi pengunjung," kata Adang.
Dari sana, biola bambu karya pertamanya dibeli orang Jepang dengan harga Rp 3,5 juta. Gitar bambunya pun ternyata laku di harga Rp 4 juta. Adang pulang membawa Rp 7,5 juta dari Jakarta, yang kemudian dijadikan suntikan modal usaha.
Virage Awie, nama usaha Adang, yang mulanya dirintas hanya berdua bersama rekannya, kini bisa menjadi ladang usaha berkelanjutan bagi ratusan orang lainnya.
"Jumlah orang yang turut bekerja mencapai 200 orang, memang tidak semuanya bertahan. Sekarang ada 4 orang yang jadi pemilik Virage Awie ini dengan tim inti 7 orang. Tim lainnya ada 47 orang, belum lagi khusus kelompok usaha ibu-ibu di kuliner itu mencapai 30 orang. Kebanyakan adalah single parent. Ada juga disabilitas yang pernah dilatih hingga 35 orang, dan sekarang yang bekerja di sini ada 8 orang," ujar Adang.
Terkait pemasaran produk, kata Adang, peminat produk-produk bambu karya Virage Awie itu datang tidak hanya dari dalam negeri tapi luar negeri. Bahkan alat musik itu, katanya, 90 persen pembelinya berasal dari luar negeri beberapa di antaranya adalah Jepang, India, Rumania, Jerman, Inggris, Singapura, dan Malaysia.
"Kami kerap diajak pameran oleh BRI di luar negeri, terakhir di Singapura. Dari pameran itu kita bertemu dengan para buyer," katanya.
Saat ini, harga alat musik itu sudah kian meningkat seiring dengan perkembangan kualitasnya. Harga untuk gitar misalnya itu dimulai dari Rp 14 juta-Rp 25 juta. Sementara drum bambu bisa mencapai Rp 50 juta.
"Kami produksi secara eksklusif, setahun kami hanya menjual gitar secara terbatas hanya 36 gitar. Pembelinya 90 persen dari luar negeri. Produk kuliner itu itungannya paling baru, mulai benar-benar dipasarkan pada 2022-2023 lalu. Untuk kerajinan bambu lainnya seperti jam tangan itu peminatnya sebagian besar dari dalam negeri," kata Adang.
Terus Berkembang Berkat Pemberdayaan dari BRI
Perjalanan usahanya diakui Adang makin berkembang ketika mendapat dukungan dari BRI . Virage Awi, diketahui menjadi salah satu klaster usaha binaan BRI.
"Tahun itu saya ketemu BRI akhirnya alat musik kami punya HAKI (Hak Kekayaan Intelektual)," kata dia.
Selain itu, di awal merintis, ia juga sempat mengajukan pendanaan usaha lewat Kredit Usaha Rakyat (KUR ). Tak hanya itu, Virage Awi mendapat bantuan penyediaan alat produksi. Dengan bantuan alat produksi, bisa membantu para perajin binaannya untuk bisa menghasilkan produk olahan bambu lebih banyak.
Kerajinan bambu Virage Awi pun terus berkembang, tidak hanya memproduksi alat musik saja, tetapi juga merambah ke kerajinan lainnya seperti jam tangan bambu, alat makan bambu, wadah minum bambu, speaker bambu, konstruksi bangunan, hingga kuliner.
Tidak hanya fokus di aspek produksi, Virage Awi kini menjadi akedemi yang berfokus pada pemberdayaan masyarakat dalam bentuk pelatihan usaha, termasuk untuk para disabilitas.
Beberapa kelompok usaha itu di antaranya Kelompok Wanita Kreatif Tanginas yakni olahan kuliner berbahan dasar anak buluh bambu atau rebung, menjadi mustofa rebung, simping rebung, semprong, pangsit hingga brownis rebung. Adapula, Kelompok Wanita Kreatif Motekar yang memproduksi kerupuk daun bambu serta kelompok Usaha Kerajinan Difabel.
Dalam kesempatan terpisah, Direktur Bisnis Mikro BRI, Supari mengungkapkan, pemberdayaan Klaster Usaha merupakan pemberdayaan kepada kelompok usaha yang terbentuk berdasarkan kesamaan usaha dalam satu wilayah, sehingga tercipta keakraban dan kebersamaan dalam peningkatan maupun pengembangan usaha para anggotanya.
Hingga akhir Juli 2024 tercatat BRI telah memiliki 31.488 klaster usaha yang tergabung dalam program Klasterku Hidupku. BRI juga telah menyelenggarakan 2.184 pelatihan dalam program Klasterku Hidupku tersebut.
Supari menambahkan, program Klasterku menjadi salah satu bentuk strategi yang mengutamakan pada pemberdayaan.
"Secara umum, strategi bisnis mikro BRI di 2024 akan fokus pada pemberdayaan berada di depan pembiayaan. BRI sebagai bank yang berkomitmen kepada pelaku UMKM telah memiliki kerangka pemberdayaan yang dimulai dari fase dasar, integrasi, hingga interkoneksi,” ujar Supari.
Artikel ini dibuat oleh kumparan Studio
Live Update