Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.1

ADVERTISEMENT
Sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM ) diproyeksi akan tumbuh hingga mencapai 83 juta pada 2034 mendatang.
ADVERTISEMENT
SVP Micro Business Development Division PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BRI), Dani Wildan mengatakan jika angka tersebut dicapai, maka Indonesia akan bisa keluar dari jeratan negara dengan pendapatan kelas menengah atau middle income trap.
“Kami melihat memproyeksikan di tahun 2034 jumlahnya akan sendiri 83 juta agar bangsa Indonesia bisa keluar dari middle income class ini,” kata Dani dalam gelaran kumparan the Economics Insight 2025, Rabu (19/2).
Menurut dia, selain dari sisi jumlah UMKM juga harus bertumbuh dari sisi produktivitas jika Indonesia ingin keluar dari middle income trap.
Dia menyebut dalam hal ini BRI sebagai bank pelat merah berkomitmen mendukung peningkatan produktivitas UMKM di Tanah Air.
Terlebih menurut dia, kontribusi ke PDB-nya lebih dari 60 persen dengan penyerapan tenaga kerja lebih dari 60 persen. “Makanya itu sangat menjadi perhatian kami juga sebagai salah satu stakeholder. Karena kami berdiri, aspirasi kami berdiri dalam pertumbuhan UMKM itu sendiri,” terangnya.
ADVERTISEMENT
Dia kemudian membeberkan berbagai hal yang perlu dipersiapkan oleh UMKM di Indonesia agar siap bertumbuh di 2025. Sebab di tahun ini kondisi perekonomian global tengah dalam ketidakpastian dan bisa berdampak pada ekonomi Indonesia.
Menurut Dani, salah satu hal yang perlu dipersiapkan adalah motivasi, produktivitas dan interkonektivitas. Dia menyoroti upaya dan perhatian pemerintah China terhadap UMKM, salah satunya soal perlindungan hak cipta intelektual.
“Melihat dari China, contoh, mereka sangat fokus pada pengadilan yang terkait dengan hak cipta. Jadi kenapa pemerintah sangat fokus pada perlindungan hak cipta intelektual ini? Karena ini kalau tidak dilindungi UMKM maka inovasinya akan terhambat,” terangnya.
Selain memperhatikan perlindungan hak cipta intelektual, perlu juga membuat perwakilan atau champion-champion yang mengajak UMKM untuk meningkatkan konektivitas.
ADVERTISEMENT
“Champion-champion ini yang diharapkan akan bisa mengajak UMKM lain dalam konektivitas yang sudah disampaikan agar tetap kaitan bisnis, bukan social responsibility lagi tapi business responsibility. Jadi itu hal-hal yang saya ingat perlu juga kita kembangkan disini,” jelasnya.
Terakhir, Dani juah menyoroti pentingnya fungsi research and development (R&D) berupa akademisi dalam meningkatkan jumlah dan produktivitas UMKM di Indonesia.
“Jadi konsep-konsep yang ditemukan di universitas akan dikomersialkan oleh champion-champion tadi dan diharapkan bisa mengajak surrounding UMKM yang di sekitaran untuk sama-sama maju,” tutupnya.