news-card-video
22 Ramadhan 1446 HSabtu, 22 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45

BTN Kaji Opsi Buyback Saham untuk Stabilkan Pasar Modal RI

20 Maret 2025 14:06 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga memantau pergerakan saham melalui gawainya di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (18/3/2025). Foto: Sulthony Hasanuddin/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Warga memantau pergerakan saham melalui gawainya di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (18/3/2025). Foto: Sulthony Hasanuddin/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Pasar saham Indonesia mengalami tekanan pada Rabu (19/3). Perdagangan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bahkan sempat dihentikan sementara pada 11.19 JATS karena anjlok hingga 5,02 persen ke level 6.146 di sesi I.
ADVERTISEMENT
IHSG melemah saat bursa regional lainnya cenderung menguat. Pada bursa Asia lainnya, Hang Seng Index menguat 2,56 persen, Nikkei melemah 1,24 persen, sementara Shanghai Composite Index menguat 0,11 persen.
Merespons kondisi pasar yang berfluktuasi secara signifikan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menerbitkan Kebijakan Pelaksanaan Pembelian Kembali Saham yang Dikeluarkan oleh Perusahaan Terbuka atau buyback saham tanpa melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
“Kebijakan buyback saham tanpa RUPS ini telah disampaikan kepada Direksi Perusahaan terbuka melalui surat resmi OJK tertanggal 18 Maret 2025," kata Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon, Inarno Djajadi saat konferensi pers di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (19/3).
Adapun beberapa Himbara juga mulai bersiap memanfaatkan kebijakan tersebut, seperti PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.
Gedung Menara BTN. Foto: Dok. Bank BTN
PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) juga tengah mengkaji peluang pelaksanaan buyback saham. Sebab, harga saham perseroan saat ini dinilai sudah tak mencerminkan fundamental kinerja dan proyeksi bisnis perseroan pada tahun depan yang lebih positif dibandingkan persepsi pasar.
ADVERTISEMENT
Merujuk pada kinerja saham sejumlah bank besar lainnya, kinerja saham BBTN diyakini tengah mengalami anomali dan tidak mencerminkan fundamental (undervalue). Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, harga saham BBTN ditutup di level 830 pada perdagangan Rabu (19/3).
Direktur Finance Bank BTN, Nofry Rony Poetra, mengatakan BTN saat ini tengah mengkaji opsi buyback sebagai langkah untuk mengoptimalkan imbal hasil ke para pemegang saham.
"Kami terus berupaya untuk meningkatkan shareholder value. Kami juga perlu melakukan kajian untuk menentukan batas threshold dan melakukan penyesuaian dengan ketentuan hukum yang berlaku untuk rencana buyback tersebut," kata Nofry.
Menurut data RTI, saham BBTN saat ini telah menyentuh nilai undervalue yang ditunjukkan oleh beberapa rasio seperti Price-to-Earning (P/E) Ratio yang menunjukkan nilai 3,85 kali, dengan Price-to-Book Value (PBV) yang menunjukkan nilai 0,36 kali.
ADVERTISEMENT
Nilai tersebut lebih rendah apabila dibandingkan dengan Indeks Industri Jasa Keuangan (IDX Finance) yang menunjukkan nilai P/E Ratio sebesar 15,69 kali, dengan PBV yang berada pada level 1,42 kali. Nilai PBV harga saham BBTN paling murah dibandingkan saham Bank BUMN lainnya, yaitu BBNI (0,96 kali), BMRI (1,54 kali), dan BBRI (1,76 kali).
Inarno juga mengatakan, kebijakan tersebut diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan di pasar dan dapat mengurangi tekanan serta merupakan tindak lanjut dari pertemuan dengan para pemangku kepentingan di Pasar Modal yang diselenggarakan 3 Maret 2025.
Kepala Riset Praus Capital, Marolop Alfred Nainggolan, mengatakan, pembelian kembali (buyback) saham dapat menjadi salah satu sentimen positif terhadap pergerakan harga saham.
Buyback saham adalah aksi korporasi yang memberikan sentimen positif ke harga saham karena dapat menaikkan demand terhadap saham tersebut, sehingga harganya bisa terdorong naik,” terangnya.
ADVERTISEMENT
Dia menilai, buyback tersebut dinilai dapat juga dapat menjadi sinyal positif terhadap saham. Sebab, buyback menunjukkan keyakinan manajemen terhadap prospek harga sahamnya ke depan. Buyback juga dapat mengurangi jumlah saham yang beredar, sehingga nilai earning per share (EPS) semakin besar.