Budi Daya Ikan di Danau Toba, Warga Raup Rp 5,6 Miliar per Bulan

19 Januari 2019 19:42 WIB
clock
Diperbarui 15 Maret 2019 3:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Keramba jaring apung di Danau Toba milik warga Haranggaol Horison, Simalungun. (Foto: Resya Firmansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Keramba jaring apung di Danau Toba milik warga Haranggaol Horison, Simalungun. (Foto: Resya Firmansyah/kumparan)
ADVERTISEMENT
Masyarakat Kecamatan Haranggaol Horison, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara sejak tahun 1998 hingga kini melakukan budi daya ikan menggunakan keramba jaring apung di pinggir Danau Toba.
ADVERTISEMENT
Menurut tokoh masyarakat Haranggaol Horison yang juga pembudi daya ikan, Ebet Sihotang, pada mulanya ikan yang dibudi daya oleh masyarakat setempat adalah Ikan Mas. Namun hal itu hanya bertahan hingga sekitar tahun 2004.
“Kira-kira hanya sampai 2004, waktu itu ada koi herpes virus yang membuat ikan mati semua,” ucapnya kepada kumparan, Sabtu (19/1).
Pabrik anak usaha Japfa, Suri Tani Pemuka yang membudidayakan ikan nila di Danau Toba. (Foto: Resya Firmansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pabrik anak usaha Japfa, Suri Tani Pemuka yang membudidayakan ikan nila di Danau Toba. (Foto: Resya Firmansyah/kumparan)
Setelah kejadian itu, masyarakat setempat mengganti ikan yang dibudi daya yakni menjadi Ikan Nila hingga kini. Menurutnya, saat ini jumlah keramba jaring ikan masyarakat Haranggaol Horison mencapai 5.600 unit.
Ebet menyampaikan, masing-masing unit keramba rata-rata memproduksi 1,5 ton per 6 bulan senilai Rp 6 juta. Dia pun mengungkapkan jika dikalikan 5.600 keramba, pendapatan kotor masyarakat per bulan sebesar Rp 5,6 miliar.
ADVERTISEMENT
“Rata-rata masyarakat di sini ada yang punya 4 keramba, ada juga yang punya 22 keramba. Tapi itu (Rp 5,6 miliar) pendapatan kotor semua,” kata Ebet.
Pabrik anak usaha Japfa, Suri Tani Pemuka yang membudidayakan ikan nila di Danau Toba. (Foto: Resya Firmansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pabrik anak usaha Japfa, Suri Tani Pemuka yang membudidayakan ikan nila di Danau Toba. (Foto: Resya Firmansyah/kumparan)
Menurut dia, untuk membuat keramba jaring apung di sekitar Danau Toba, masyarakat Haranggaol Horison hanya perlu menggelontorkan Rp 6 juta per unit keramba dengan ukuran 5,2 meter x 5,2 meter berkedalaman 4 meter. 
“Sekarang sih total keramba yang ada di sini itu sekitar 8.000 unit, tapi yang aktif hanya 5.600 keramba itu saja,” tegasnya.