Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
PT Djakarta Lloyd (Persero), perusahaan milik negara yang sudah berkontribusi sejak tahun 1950, kini tengah sulit. Padahal, perseroan pernah berjaya di era tahun 1970-an.
ADVERTISEMENT
Direktur Utama Djakarta Lloyd, Suyoto, menceritakan jika pada era itu merupakan masa keemasan Djakarta Lloyd. Perusahaan berkiprah di pasar internasional.
"Bahkan dulu ada 31 kantor hampir menyebar di seluruh dunia, Eropa, Jepang, Amerika," kata Suyoto saat webinar yang digelar InfoBank, Selasa (3/11).
Namun kinerja perusahaan BUMN ini terus menurun. Sampai-sampai harus mengalami kenyataan dinyatakan pailit pada 2008 dan harus Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU).
"Karena memang Djakarta Lloyd chaos sebenarnya 2008. Saat itu memang dipailitkan, kemudian alat produksinya ditahan oleh kreditur, sehingga memang tidak bisa bergerak sama sekali," katanya.
Tak hanya dinyatakan pailit , perusahaan juga masih harus bertanggung jawab kepada 900 karyawan dan 1.600 pensiunan. Kondisi tersebut menambah beban keuangan perusahaan.
ADVERTISEMENT
Sampai tahun 2016 atau pada saat Suyoto bergabung, Djakarta Lloid tidak mempunyai aset. Namun, secara perlahan perusahaan mulai membayar PKPU sejak tahun 2019. Perusahaan juga mulai mengakuisisi beberapa bangunan atau aset.
"Kami juga berhasil merestrukturisasi utang kami yang saya ceritakan bahwa melalui proses PKPU dan ada beberapa kreditur yang sekarang memegang 20 persen dari pada saham dan prosesnya dalam buyback," ujar Suyoto.
Suyoto menjelaskan, selama ini pihaknya mencari uang bukan hanya untuk operasional perusahaan dan membayar karyawan, tetapi juga melunasi utang atau kinerja keuangan masa lalu.
"Sekarang sudah memasuki tahun kedua kami sudah bisa membayar PKPU kepada kreditur dan buyback tersisa 11 tahun lagi karena pembayaran PKPU adalah hasil dari laba," ujarnya.
Suyoto mengakui proses tersebut tidak mudah. Ia mengaku kesulitan dalam mengakses dana termasuk dari Perbankan dan meyakinkan para investor.
ADVERTISEMENT
Namun, pihaknya juga didukung oleh direksi sebelumnya dan BUMN lain seperti Pertamina dan PLN. Karyawan juga menyadari kesulitan perusahaan sehingga bisa dicicil gajinya selama proses recovery.
"Tidak mudah karena memang meyakinkan perbankan dan funding enggak gampang. Kami ketika menghadap ke perbankan mengajukan kredit, kami yakinkan punya kontrak pekerjaan yang sustain, kebetulan ada kontrak dengan PLN jadi Djakarta Lloyd dibantu," terang Suyoto.
"Dulunya kami tak punya armada, sekarang ada 4. 2 kapal curah mengangkut projek di PLN dan nikel dan 2 kapal untuk Pertamina kapal tanker dan itu akan menolong kami untuk survive," katanya.
Saat ini pihaknya perusahaan sudah mendapatkan penugasan mengoperasikan 5 kapal kontainer yang merupakan kapal tol laut. Djakarta Lloyd mendapatkan penugasan di koridor Sulawesi dan Maluku.
ADVERTISEMENT
Suyoto merasa keadaan itu membuat pihaknya bisa berkontribusi selama pandemi COVID-19 untuk menyalurkan logistik atau kebutuhan medis di wilayah tersebut. Selama pandemi ini perusahaan juga masih terus berjalan operasionalnya.