Bunga Rendah, Dana Melimpah: Gubernur BI Cari Siasat Agar Pengusaha Sedot Kredit

25 Januari 2021 16:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas mengitung uang rupiah di salah satu gerai penukaran uang asing di Jakarta, Rabu (27/11). Foto: ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
zoom-in-whitePerbesar
Petugas mengitung uang rupiah di salah satu gerai penukaran uang asing di Jakarta, Rabu (27/11). Foto: ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
ADVERTISEMENT
Bank Indonesia (BI) akan mempertahankan kebijakan suku bunga rendah dengan likuiditas longgar, yang membuat alokasi dana melimpah. Hal itu dimaksudkan untuk mendorong pertumbuhan kredit, untuk mendongkrak pemulihan ekonomi nasional agar segera keluar dari zona resesi.
ADVERTISEMENT
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, menyatakan rendahnya suku bunga dengan likuiditas yang longgar diharapkan mendorong penyaluran kredit perbankan ke dunia usaha. Tapi dia mengakui, meski dari sisi supply sudah sangat longgar, namun masih ada kendala dari sisi demand terkait upaya meningkatkan pertumbuhan kredit tersebut.
"Memang belum semua dunia usaha (bisa menyerap kredit). Sektor-sektornya kita dorong sekaligus. Karena ada sektor-sektor yang bisa siap yang tadi yang saya sebutkan kuadran hijau. Ada juga sektor yang perlu dukungan dan ada juga yang nanti biasanya mengikuti," kata Perry Warjiyo dalam acara Focused Group Discussion bersama pimpinan media yang berlangsung secara online, Senin (25/1).
Dalam pertemuan itu, Perry Warjiyo memaparkan skema empat kuadran subsektor usaha, berdasarkan pertumbuhan kredit dan undisbursed loan (kredit yang tidak ditarik). Subsektor industri makanan serta industri berorientasi ekspor, termasuk yang pertumbuhan kredit dan undisbursed loan-nya positif, sehingga masuk kuadran hijau.
ADVERTISEMENT
"Sektor misalnya apa? Ekspor, kan banyak nih sektor-sektor ekspor yang sudah bisa lihat. Tentu saja mereka perlu didorong sektornya, pertumbuhannya, tetapi juga pembiayaannya. Ada sektor makanan minuman, itu juga bisa kita dorong," ujarnya.
Gubernur BI, Perry Warjiyo saat menyampaikan media briefing Kamis (2/4) melalui siaran live streaming. Foto: Dok. BI
Sementara ada juga subsektor usaha yang masuk kuadran merah. Bagian ini ujar Perry Warjiyo, pertumbuhan kreditnya sangat dipengaruhi oleh persepsi risiko. Yakni terkait kepastian dunia usahanya.
"Untuk yang seperti ini, tentu memerlukan dukungan dari kebijakan sektor riil dari kementerian lembaga terkait. Perlu juga insentif dari fiskal," imbuh Perry Warjiyo.
Untuk diketahui, pertumbuhan kredit perbankan pada Desember 2020 masih minus. Bank Indonesia mencatat laju kredit tahun lalu turun 2,41 persen secara year on year (yoy). Posisi itu turun jauh dibandingkan akhir 2019, saat pertumbuhan kredit tercatat naik 6,08 persen.
ADVERTISEMENT
Kondisi ini berkebalikan dengan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) yang pada Desember 2020 tercatat tumbuh 11,11 persen. Posisi itu naik pesat dibandingkan akhir 2019 yang hanya tumbuh 6,54 persen.
Menurut Perry, untuk mendorong permintaan kredit perbankan dari dunia usaha, Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) menyepakati perlu memperkuat sinerginya. Karena itu hal tersebut sedang menjadi fokus pembahasan KSSK sejak akhir tahun lalu.
"Obat yang untuk semua sektor kan sudah. Misal suku bunga rendah, likuiditas longgar, makro prudensial longgar, seperti itu ya. Kemudian berbagai insentif dari fiskal. Tentu saja ada 'obat' atau kebijakan yang perlu kita tambah lagi untuk mendorong sektor-sektor tadi," pungkas Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo.