news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Buruknya Infrastruktur Jalan Menuju Pegunungan Arfak di Papua Barat

20 Oktober 2018 15:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pegunungan Arfak di Papua yang Terlupakan. (Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pegunungan Arfak di Papua yang Terlupakan. (Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan)
ADVERTISEMENT
Menembus Pegunungan Arfak (Pegaf) di Papua Barat bukan perkara mudah. Pasalnya, infrastruktur utamanya berupa akses jalan yang sulit berimbas pada terhambatnya perjalanan menuju kawasan yang diapit dua danau menakjubkan, yaitu Danau Anggi Gida (Danau perempuan) dan Danau Anggi Giji (Danau Laki-laki).
ADVERTISEMENT
Pantauan kumparan, Selasa (9/10) menemukan jalanan menuju kawasan Pegaf dari Manokwari yang berjarak tak kurang 100 kilometer memang masih terbilang buruk. Pasalnya, waktu tempuh yang diperlukan bisa mencapai 5 jam dengan jalanan berbatu dan licin berlumpur, tidak proporsional karena terlalu sempit, hingga harus menyeberangi tak kurang empat sungai tanpa jembatan.
Di sisi lain, tak bisa sembarang kendaraan bisa melintas di kawasan itu. Setidaknya, harus menggunakan motor atau mobil berjenis offroad dengan ban bergerigi dan desain tahan guncang.
Minimnya infrastuktur menuju Pegaf dibenarkan oleh Bupati Pegunungan Arfak, Yosias Saroi. Ia mengaku pembangunan infrastuktur di daerah pemekaran Manokwari pada 2014 itu, tersandung oleh tipisnya Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang hanya Rp 778 miliar. Jumlah itu terbilang kecil, karena sudah termasuk Dana Desa hingga dana otonomi khusus (otsus) secara keseluruhan yang diperlukan untuk pembangunan sekolah dan polindes yang juga masih terbatas.
ADVERTISEMENT
"Terisolir ada 166 kampung atau desa 10 distrik jalan yang minta bantu akses jalan untuk ekonomi tumbuh," ujarnya kepada kumparan, Sabtu (20/10).
Kondisi Jalan dan Masyarakat Kawasan Pegunungan Arfak Papua Barat. (Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kondisi Jalan dan Masyarakat Kawasan Pegunungan Arfak Papua Barat. (Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan)
Belum lagi, soal air bersih dan penerangan. Untuk kecukupan air misalnya, masyarakat setempat juga masih mengandalkan tadah hujan. Sedangkan, penerangan juga menjadi masalah serius yang masih menjadi tantangan di Pegaf yaitu dari 166 kampung di 12 kecamatan setidaknya ada 10 kecamatan yang sudah bisa dialiri listrik. Sementara, dua kecamatan lainnya masih menggunakan tenaga surya.
Bagi daerah yang telah teraliri listrik pun, masih seringkali mengalami gangguan. Akhirnya, masyarakat berswadaya menggunakan genset. Masalah lain muncul ketika genset menggunakan bahan bakar minyak yang jumlah pasokannya tak banyak.
ADVERTISEMENT
"Pom bensin ada APMS (Agen Penyalur Minyak Solar). Ke depan kita mau tambah. Kapasitas APMS 12 kilo liter, biasanya buat genset, mobil motor, itupun masih kecil. Lima hari sudah habis, Pertamina datang biasanya seminggu sekali," katanya.
Buruknya infrastruktur tersebut, tak dipungkiri Yosias menjadi PR besar bagi pemda dalam membangun kawasan Pegaf sebagai ekowisata. Untuk itu, Ia mengestimasikan besaran biaya yang dibutuhkan daerah guna membangun Pegaf ialah total mencapai Rp 2 triliun.
"Target kita bangun dari ibu kota Manokwari menuju ke Pegaf, itu sekitar 123 kilometer. Kan setelah itu kita akan bangun ke tempat-tempat objek wisata, itu baru jalan poros. Tapi untuk saat ini, kami punya keterbatasan kemampuan keuangan daerah, jadi kami bangun bertahap," tegasnya.
Kondisi Jalan dan Masyarakat Kawasan Pegunungan Arfak Papua Barat. (Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kondisi Jalan dan Masyarakat Kawasan Pegunungan Arfak Papua Barat. (Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan)
Tak hanya jalan, Yosias juga bakal membangun homestay yang ada di setiap kampung pada kawasan Pegaf serta fasilitas penunjang wisata lainnya jika dana itu bisa didapatkan yang dimungkinkan bisa dibangun dalam kurun waktu minimal 5 tahun.
ADVERTISEMENT
"Di sekitaran kampung itu ada 40-an kampung di sekitaran Danau Perempuan dan Laki-laki," imbuhnya.
Dihubungi di kesempatan yang berbeda, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Papua Barat, Yosak Wabiya, mengatakan sebagai rencana awal biaya yang dibutuhkan untuk membangun infrastuktur ditambah homestay di Pegaf bisa mencapai Rp 500 miliar.
"Saya estimasi saja ya, estimasi itu menelan dana sekitar Rp 300 miliar, bukan Rp 300 miliar tapi Rp 400 miliar, untuk jalan dari Manokwari ke Pegaf, untuk jalan keliling danau. Terus untuk pembangunan homestay dan lain-lain itu membutuhkan dana sekitar 100 miliar lebih. Tapi itu bukan sekaligus, setiap tahun setiap tahun. Jadi rata-ratakan saja sekitar 500 miliar," ujar Yosak.
Hingga kini, Yosak menyebut pihaknya tengah melakukan desain rencana program dan anggaran serta berusaha menjalin komunikasi dengan berbagai pihak pemerintah terkait.
ADVERTISEMENT
"Masterplan kami sudah mulai garap, kalau sudah berarti kami kumpul presentasi untuk berusaha meyakinkan mereka untuk itu. Akhir bulan ini, rencana kami rapat, " pungkas dia.