Buwas: Serapan Beras Bulog Bertambah Setelah Salurkan ke ASN hingga TNI

15 Maret 2023 18:18 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso di Hypermart Puri Indah, Rabu (8/2/2023). Foto: Narda Margaretha Sinambela/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso di Hypermart Puri Indah, Rabu (8/2/2023). Foto: Narda Margaretha Sinambela/kumparan
ADVERTISEMENT
Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso alias Buwas, mengakui pangsa pasar Bulog dalam penyaluran beras sempat tergerus akibat dihapusnya program beras miskin atau raskin.
ADVERTISEMENT
"Raskin itu dulu programnya pemerintah waktu itu dihapus, kita sudah enggak salurkan. Berarti kita kehilangan pasar 2,6 juta ton per tahun," kata Buwas saat ditemui di Transmart Jakarta Pusat, Rabu (15/3).
Namun, pada tahun ini Perum Bulog ditugaskan untuk memberikan tunjangan pangan berupa beras kepada aparatur sipil negara (ASN), TNI, dan Polri. Kebutuhan untuk bantuan itu, kata Buwas, lebih besar dari kebutuhan raskin.
"Maka ditukarnya adalah dengan sekarang kita salurkan untuk kepentingan TNI, Polri, ASN. Itu kan kebutuhannya lebih dari 2,6 juta ton per tahun. Enggak ada masalah," jelas Buwas.
Adapun soal tren penurunan serapan dan penyaluran Bulog dibanding saat raskin berlaku, Buwas menegaskan, memang penyerapan Bulog dipengaruhi dari berapa besar kebutuhan yang menjadi tugas Bulog.
ADVERTISEMENT
"Kalau kita tidak lagi melayani raskin atau rastra, ngapain kita ambil (beras untuk itu)," pungkas dia.
Serapan Bulog Menyusut 37,4 Persen
Sebelumnya, Pengamat Pertanian dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori menyebut penyaluran beras Bulog menyusut dibandingkan ketika raskin masih ada, diikuti tren penurunan serapan beras oleh Bulog.
Beras Bulog di Pasar Beras Induk Cipinang, Jumat (24/2/2023). Foto: Nabil Jahja/Kumparan
Secara persentase, penyerapan beras dari dalam negeri oleh Bulog pada periode skema raskin dengan KPSH turun hingga 37,4 persen dan penyalurannya turun 42,7 persen.
Data yang dia paparkan juga membandingkan stok akhir beras di Bulog yang turun sebesar 45,8 persen, serta kemampuan penyaluran beras bulanan juga merosot hingga 42,7 persen.
"Penurunan pengadaan ini karena ketidakpastian outlet di hilir yang membuat penyaluran bulanan turun, dan ini berpengaruh terhadap kinerja Bulog melalukan pengadaan di hulu dan stabilisasi di hilir," kata dia.
ADVERTISEMENT
Ujungnya, kondisi ini juga berimbas pada turunnya harga Gabah Kering Panen (GKP). Khudori mencatat, tren penurunan ini terjadi sejak April 2020.
"Setelah penyerapan Bulog turun dari 7,3 persen dari produksi nasional, menjadi 3,7 persen (dari produksi nasional) ketika raskin enggak ada, sejak April 2020 sampai sekarang itu masih ada kejatuhan harga (GKP)," ujarnya.
Khudori membandingkan data 2014-2016 ketika masih ada raskin dengan 2020-2022 ketika raskin sudah dihapus dan diganti program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) melalui operasi pasar atau program Ketersediaan Pasokan dan Stabilisasi Harga (KPSH).
Pada tahun 2014-2016 ketika masih ada program raskin, penyerapan Bulog dari dalam negeri rata-rata mencapai 2.164.108 ton per tahun dan penyalurannya mencapai 3.295.022 ton (plus pengadaan dari luar negeri). Dari angka penyaluran itu porsi raskin sebesar 2.919.739 ton.
ADVERTISEMENT
Sementara pada 2020-2022 ketika raskin dihapus, penyerapan beras dalam negeri Bulog rata-rata tinggal 811.387 ton per tahun dengan penyaluran melalui KPSH sebesar 843.646 ton per tahun (plus penyaluran KPSH sejak 2018).