Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Cak Imin Sebut Rencana Susu Gratis Diganti Daun Kelor Masih Simulasi
25 Desember 2024 18:19 WIB
ยท
waktu baca 5 menitADVERTISEMENT
Pembagian susu gratis dalam salah satu menu di Program Makan Bergizi Gratis rencananya akan digantikan dengan daun kelor . Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat Muhaimin Iskandar alias Cak Imin mengatakan wacana penggantian susu dengan makanan berbahan daun kelor masih simulasi.
ADVERTISEMENT
"Ya itu masih proses semua, ya, simulasi. Sinkronisasi pusat, daerah, lokalitas," ujar Muhaimin dikutip dari Antara, Rabu (25/12).
Wacana penggunaan daun kelor sebagai bahan makanan alternatif dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) diutarakan Kepala Badan Gizi Nasional Dadan Hindayana.
Dadan mengatakan tak semua daerah akan mendapatkan menu yang sama. Menu akan disesuaikan dengan lokalitas yang ada di suatu daerah tertentu.
Menurut Dadan, telur ayam dapat memenuhi kebutuhan protein, sementara daun kelor menyediakan kalsium yang biasanya dapat terpenuhi melalui susu.
Menanggapi hal tersebut, Muhaimin yakin Badan Gizi Nasional sudah menghitung nutrisi dan gizi dari setiap asupan makanan. Di sisi lain, pemerintah terus melakukan simulasi agar masyarakat yang menjadi sasaran mendapat gizi yang seimbang.
ADVERTISEMENT
"Tentu itu kewenangan badan gizi, tapi mereka pasti menghitung betul jumlah kalori, protein, kemudian karbonnya itu betul-betul seimbang. Karena itu simulasi ini terus dilakukan semoga sukses," kata dia.
Ia setuju program MBG ini mengutamakan lokalitas bahan makanan. Karena nantinya akan menjadi sebuah ekosistem perekonomian, utamanya bagi UMKM lokal.
"Tapi saya sebagai bagian dari proses itu berharap lokalitas itu digunakan. Kalau kelornya bagus, kelor. Kalau UMKM lokal terlibat, harus dilibatkan" katanya.
"Peternak susu supaya murah, tumbuhkan. Jadi ke depan peternak susu harus tumbuh di daerah supaya terjangkau harganya," ujar dia menambahkan.
Banyak Kandungan Susu Tak Ada di Daun Kelor
Pengamat Pertanian sekaligus Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB), Dwi Andreas Santosa menilai aneh alternatif pemerintah mengganti susu jadi daun kelor untuk pemenuhan kalsium program MBG. Katanya, banyak komponen di dalam susu yang tak bisa digantikan oleh daun kelor.
ADVERTISEMENT
"Ya itu alternatif yang aneh aja (daun kelor) masa susu diganti daun kelor, sangat banyak lah komponen di dalam susu yang tidak bisa digantikan oleh daun kelor, ya aneh aja lah, bagi saya nggak masuk akal," jelas Andreas kepada kumparan, Rabu (25/12).
Andreas mengatakan, susu merupakan komponen penting di dalam MBG yang nutrisinya harus diserap anak-anak. Berkaca pada negara lain yang menjalankan program serupa MBG, ia menyebut keberadaan susu mesti tetap ada dan tak bisa tergantikan.
"Karena susu itu ada nutrisi-nutrisi penting yang harus didapat tubuh anak. Nah memang kalau susu itu kalau kita pelajari, program makan gratis di negara-negara lain itu tetap ada dan nggak bisa tergantikan," terangnya.
"Susu itu mau digantikan sumber apa pun nggak bisa, karena banyak komponen susu yang memang khas untuk susu itu sendiri," lanjut Andreas.
ADVERTISEMENT
Andreas paham kesulitan pemerintah dalam memenuhi kebutuhan susu untuk program MBG, terlebih kata dia 85 persen pasokan susu segar Indonesia diperoleh dari impor. Tetapi, menurutnya ini momentum pemerintah untuk mendongkrak jumlah konsumsi susu di Indonesia agar semakin meningkat.
"Jadi memang pemerintah perlu berupaya susu menjadi salah satu komponen wajib kalau kita memang ingin program makan bergizi ini berhasil. Susu merupakan komponen wajib dan utama, karena saat ini tingkat konsumsi susu di Indonesia masih rendah, jadi salah satu yang terendah di ASEAN kan," tutup Andreas.
Bukan Daun Kelor, Tapi Bisa Diganti dengan Menu Lain
Sementara itu, Pengamat Bidang Pertanian CORE Indonesia, Eliza Mardian mengungkap setuju rencana Badan Gizi Nasional (BGN) soal pemberian susu diganti kalsium lain seperti daun kelor untuk penerima program Makan Bergizi Gratis (MBG).
ADVERTISEMENT
Berdasarkan studi lapangannya, Eliza menjelaskan banyak anak-anak yang malah tak meminum susu gratis karena tak memiliki rasa alias plain. Daripada membuang anggaran untuk menyeragamkan kebutuhan susu, katanya, lebih baik pemenuhan kalsium diganti ke komoditas lainnya yang menjadi sektor andalan daerah tersebut.
"Nah kemarin saya tuh beberapa kali menemukan di lapangan (Gombong dan Kulon Progo), anak-anak tuh gak diminum susunya, susu yang plain itu. Daripada buang-buang anggaran yang mana itu tidak sampai ke anak-anak, susunya tidak dikonsumsi oleh anak-anak, ya lebih baik kita gantikan dengan alternatif kalsium lainnya," ujar Eliza kepada kumparan, Rabu (25/12).
Menurutnya, sektor andalan pengganti susu bisa dialihkan ke sayuran hijau, ikan, kacang-kacangan, termasuk daun kelor. Sebab, daun kelor termasuk salah satu superfood.
ADVERTISEMENT
"Karena kan kalsium itu gak hanya dari susu, ada dari sayuran hijau, dari ikan, dari kacang-kacangan, termasuk daun kelor. Karena kan daun kelor kita ketahui dia tuh termasuk salah satu superfood," tandasnya.
"Jadi yang emang kandungan gizinya tuh cukup tinggi gitu. Nah menurut saya itu bisa menjadi alternatif pemberian pemenuhan gizinya, untuk pemenuhan kalsiumnya. Karena pemerintah ini kan ada keterbatasan anggaran," lanjut Eliza.
Eliza menilai, nantinya di program MBG ini lebih baik semua daerah tak diberikan susu, karena jika ada satu daerah yang mengonsumsi susu malah menimbulkan kecemburuan sosial bagi penerima MBG di daerah lain yang bukan sentra susu.
"Tapi menurut saya lebih baik semuanya tidak diberikan susu. Karena kalau misalkan ada sekolah yang diberi susu dan ada yang diberi daun kelor, itu rasanya tidak adil. Lebih baik disamaratakan semua aja," terangnya.
Eliza berpendapat, pemenuhan susu sebagai kalsium program MBG di seluruh Indonesia hanya akan memperbesar biaya operasional dan logistik. Mempertimbangkan geografis Tanah Air yang tersebar dari Barat ke Timur, menurut dia, yang terpenting bagaimana pemerintah menyediakan gizi sesuai kapasitas dan potensi lokal di daerah masing-masing.
ADVERTISEMENT
"Jadi untuk beberapa daerah yang sekiranya memang bukan menghasil susu atau misalkan daerahnya itu sulit terjangkau ya mungkin itu bisa diganti oleh daun kelor seperti itu. Jadi menurut saya gini ya MBG, gizi itu kan yang penting terpenuhi apa pun itu, makanannya sesuaikan dengan kapasitas dan potensi lokal daerahnya," imbuh Eliza.