Capaian 4 Tahun Jokowi-JK di Sektor Pertanian versi Kementan

24 Oktober 2018 19:24 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
240 hektare lahan sawah siap panen di Desa Jejangkit Muara, Jejangkit, Barito Kuala Kalimantan Selatan.  (Foto: Maulana Ramadhan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
240 hektare lahan sawah siap panen di Desa Jejangkit Muara, Jejangkit, Barito Kuala Kalimantan Selatan. (Foto: Maulana Ramadhan/kumparan)
ADVERTISEMENT
Kementerian Pertanian (Kementan) menyampaikan capaian di sektor pertanian selama 4 tahun kepemimpinan Jokowi-JK. Salah satunya adalah kenaikan akumulasi nilai Produk Domestik Bruto (PDB).
ADVERTISEMENT
Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian Syukur Iwantoro mengatakan, pada tahun 2013, PDB sektor pertanian hanya sebesar Rp 994,8 triliun dan meningkat di tahun 2017 menjadi Rp 1.334,7 triliun. Sementara, akumulasi dari PDB itu diperoleh dari total kenaikan PDB tiap tahun yang berbeda-beda.
“Meningkatnya nilai PDB sektor pertanian tak terlepas dari meningkatnya produksi pertanian yang dihasilkan selama ini,” tutur Syukur di Paparan Capaian Empat Tahun Kinerja Sektor Pertanian di Gedung Kementan, Jakarta, Rabu (24/10).
Syukur mengatakan, sejak tahun 2014, Menteri Pertanian Amran Sulaiman menetapkan target peningkatan produksi terhadap tiga komoditas utama melalui upaya khusus (Upsus) padi, jagung, dan kedelai (Pajale). Selain itu, bawang merah, cabai, dan lain-lain.
“Diversifikasi ekspor, nanas di Lampung, di beberapa provinsi, kemudian juga di samping nanas juga pisang, mangga kita juga sudah mampu menetrasi pasar Qatar dengan harga yang lumayan,” tambahnya.
ADVERTISEMENT
Petani padi di sawah. (Foto: Wikimedia/Delso)
zoom-in-whitePerbesar
Petani padi di sawah. (Foto: Wikimedia/Delso)
Lebih lanjut, program Sapi Indukan Wajib Bunting (SIWAB) untuk swasembada sapi juga giat digalakkan.
“Percepatan ini Dirjen Peternakan, mendatangkan sapinya kan mahal kita mendatangkan sperma beku, kami mendatangkan embrionya, tahun ini sekitar 1.000 embrio dari Belgia, 40 persen sudah melahirkan,” ucapnya.
Ia menambahkan, revisi regulasi juga dilakukan pada Perpres Nomor 172 Tahun 2014 tentang pengadaan benih dan pupuk dari lelang menjadi penunjukkan langsung. Pasalnya, selama ini masalah pembenihan yang kerap terlambat cukup menjadi kendala di pertanian.
“Pada saat benihnya sudah ada sudah masa panen. Sehingga tidak tepat benih pemupukan, jenis menjadi kendala pada waktu itu produktivitas terhambat kerugian negara cukup besar,” kata dia.
Tak hanya itu, Kementan juga melakukan deregulasi dengan mencabut 291 Permentan/Kepmentan.
ADVERTISEMENT
“Dampaknya petani bisa menanam pemupukan tepat waktu dan tepat jumlah,” tandasnya.