Cara Pemakaian AC yang Benar agar Tagihan Listrik Tak Bengkak saat WFH

9 Desember 2020 10:20 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Work From Home. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Work From Home. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Untuk menahan penyebaran virus COVID-19 yang sudah meluas, banyak perusahaan memberlakukan WFH atau work from home bagi para karyawannya.
ADVERTISEMENT
Memindahkan pekerjaan kantor ke rumah, tentu bisa membuat biaya operasional rumah melonjak. Karena berbagai kebutuhan yang selama ini dipasok kantor, digantikan dengan yang ada di rumah. Mesin pendingin atau AC adalah salah satunya.
Padahal AC merupakan salah satu penyumbang utama penggunaan listrik di rumah. Lantas bagaimana menyiasati situasi ini? Ada 9 yang menjadi rahasia atau banyak belum diketahui, soal tips penggunaan AC agar tak membuat tagihan listrik jebol.
Berikut ulasannya satu per satu yang kumparan himpun dari berbagai sumber:

1. Jangan Terburu-buru Menyalakan AC saat Masuk Ruangan

Saat masuk ruangan, banyak orang langsung bergegas menyalakan AC, apalagi setelah terpapar udara panas dari luar. Justru dalam kondisi ini, suhu tubuh yang masih panas tidak bisa cepat beradaptasi dengan udara dingin yang diembuskan AC. Sebaiknya beri kesempatan tubuh menyesuaikan dengan suhu normal ruangan, barulah nyalakan AC.
ADVERTISEMENT

2. Nyalakan AC, Baru Tutup Jendela

Kebiasaan yang lazim sebelum menyalakan AC adalah menutup semua sirkulasi udara di ruangan, seperti jendela dan pintu. Padahal, AC juga bisa menyimpan udara kotor. Terutama jika sudah cukup lama tak diservis. Dengan menyalakan AC dan membiarkan jendela atau pintu terbuka beberapa saat, memberi kesempatan udara kotor untuk dikeluarkan dari ruangan.

3. Mode Dry yang Terbaik saat Udara Panas dan Lembab

Saat musim hujan, udara justru terasa lebih panas dan lembab. Dalam kondisi ini, mengubah mode AC dari "cool" menjadi “dry" adalah pilihan terbaik. Mode "dry" ini tidak hanya bisa menyerap udara lembab, tapi juga bisa membantu penghematan!
Sementara dalam posisi mode "cool", kipas AC akan terus berputar kencang sampai suhu ruangan dingin. Hal ini sangat memboroskan listrik. Sedangkan dalam mode "dry", kipas AC akan berputar lebih lambat dan stabil, sehingga listrik yang digunakan lebih hemat.
Ilustrasi Work From Home. Foto: Shutter Stock

4. Suhu Ideal AC Ada di 26℃

Tubuh manusia memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan suhu udara, namun ada batasnya. Jika perbedaan suhu tubuh dengan suhu ruangan terlalu jauh, tubuh akan mudah sakit. Suhu 26℃ adalah suhu dalam ruangan yang paling cocok dan suhu ini pun paling membuat AC hemat.
ADVERTISEMENT

5. Arahkan Mulut AC ke Atas

Ketika menyalakan AC, atur lah arah mulut AC ke atas, hal ini akan membuat angin AC bisa lebih cepat memenuhi ruangan dan stabil.

6. Beri Kesempatan Sirkulasi Udara Tiap 3 Jam

AC bekerja dalam ruangan tertutup. Setelah 3 jam, udara di dalam ruangannya sudah tak lagi segar. Untuk itu perlu memberi kesempatan udara ruangan untuk bersikulasi dengan membuka pintu atau jendela untuk beberapa saat. Dengan begitu udara ruangan akan kembali segar dan menyehatkan.
Ilustrasi mematikan AC (air conditioner). Foto: Shutter Stock

7. Jika Hanya Sebentar, Tak Perlu Matikan AC

Banyak orang mematikan AC dengan niat ingin berhemat, ketika akan meninggalkan ruangan, meski hanya beberapa saat. Hal ini salah kaprah, karena saat awal menyalakan AC penggunaan daya listrik justru sangat tinggi, yakni bisa mencapai 500 hingga 1.000 watt. Sementara konsumsi daya listriknya akan terus menurun, jika AC makin lama menyala. Jadi jika sering dimatikan dan dinyalakan lagi, justru konsumsi listriknya lebih boros.
ADVERTISEMENT

8. Beli AC Baru Jangan Asal Murah

Aktivitas di rumah selama WFH mungkin membuat kamu merasa harus menambah AC baru di ruangan yang sebelumnya tak ber-AC. Hal yang harus dipertimbangkan adalah jangan asal murah dalam memilih AC. Kamu juga harus memperhitungkan biaya operasional. AC berharga murah cenderung biaya operasionalnya mahal, seperti konsumsi listrik, kualitas komponen harus lebih sering diservis atau bahkan diganti. Sementara yang lebih mahal, cenderung kompetitif di biaya operasional dan perawatan.