Catat! Ini 6 Pernyataan Luhut Mendukung Masuknya Tenaga Kerja Asing dari China

18 November 2021 6:39 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
21
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Luhut Binsar Pandjaitan. Foto: dok. WulingMotors
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Luhut Binsar Pandjaitan. Foto: dok. WulingMotors
ADVERTISEMENT
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menjadi menteri yang paling sering membicarakan tenaga kerja asing (TKA) di Indonesia, terutama dari China.
ADVERTISEMENT
Yang terbaru, kemarin Luhut menyebut tenaga kerja lokal kurang mumpuni sehingga perlu didatangkan TKA.
Proyek yang kerap disebut banyak memiliki TKA dari China berada di kawasan industri nikel Morowali, Sulawesi Tengah.
Berdasarkan catatan kumparan, sejak Mei 2020 lalu setidaknya sudah 6 kali Luhut membuat pernyataan untuk mendukung masuknya TKA ke Indonesia. Berikut rangkuman dari kumparan:

1. Teknologi dari China, Indonesia Tidak Siap

Pada masa awal pandemi COVID-19 di 2020, kedatangan 500 TKA asal China menimbulkan kehebohan. China adalah negara pertama yang diserang wabah COVID-19. Kedatangan TKA itu, selain dinilai menggerus lapangan kerja untuk pekerja lokal, juga dikhawatirkan membawa virus corona.
500 TKA China itu akan bekerja di PT Virtue Dragon Nickel Industry (VDNI), Konawe, Sulawesi Tenggara. VDNI merupakan pabrik yang akan memproduksi nikel menjadi lithium untuk bahan baku baterai mobil listrik. Kedatangan 500 TKA China ke Sultra itu untuk mempercepat pembangunan smelter.
ADVERTISEMENT
Luhut mengatakan, kehadiran 500 pekerja China itu dibutuhkan karena Indonesia belum siap mengerjakan proyek ini sendirian. Teknologi yang diterapkan dalam pabrik milik VDNI berasal China, Indonesia belum menguasainya.
"Memang industri ini harus memerlukan orang-orang yang paham membangunnya. Enggak serta-merta kita siap. Kita enggak siap, kita harus jujur akui itu. Jadi, kalau nanti Juni atau Juli sudah siap, kita harus kerjakan. Nanti tenaga asing kerjakan, biar lah dia kerjakan," kata Luhut dalam wawancara di RRI secara daring pada 10 Mei 2020.

2. Jumlah TKA Cuma Sedikit

Luhut Binsar Pandjaitan menyebut Indonesia sebagai negara tujuan investasi paling menarik ke-4 di dunia. Fokus investasi asing tersebut di antaranya hilirisasi mineral, pengembangan baterai lithium, transportasi, energi baru terbarukan, dan penurunan emisi karbon.
20 TKA asal China tiba di Bandara Sultan Hasanuddin, Makassar, pada Sabtu (3/7) malam. Foto: Dok. Istimewa
Luhut juga menjelaskan perihal isu TKA asal China yang semakin masif masuk ke Indonesia, khususnya ke Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara. Menurutnya, jumlah TKA China di sana tak sampai 8 persen dari total tenaga kerja.
ADVERTISEMENT
"Terkait TKA China, Sebenarnya jumlah mereka seperti di Konawe hanya kurang lebih 8 persen dari para pekerja yang ada. Saat ini jumlah TKA juga makin berkurang dengan adanya Politeknik di Konawe," katanya dalam konferensi video bersama para rektor Universitas Islam Negeri (UIN), Institut Agama Islam Negeri, dan perguruan tinggi negeri di Jakarta pada 20 Mei 2020.

3. TKA Melatih Pekerja Lokal dan Buka Lowongan Kerja

Tak hanya di Morowali dan Konawe, TKA terutama dari China juga ada di Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau. Di situ, ada pembangunan proyek smelter alumina.
Industri itu akan mempekerjakan sekitar 20.000 orang, dan sekitar 1.800 hingga 2.000 orang di antaranya adalah tenaga kerja asing, sedangkan yang lainnya adalah pekerja Indonesia. Tenaga kerja asing didatangkan dari China dan Taiwan.
ADVERTISEMENT
Kata Luhut, sejumlah anak Indonesia sudah mulai dilatih, bahkan dibangun Politeknik untuk meningkatkan kemampuan pekerja lokal melalui transfer teknologi dari pekerja asing. Pekerjaan dengan teknologi tinggi juga masih banyak dikerjakan pekerja asing, dan seiring transfer teknologi, maka jumlahnya akan terus berkurang, digantikan pekerja Indonesia.
"Mereka datang buat lapangan kerja, membuat nilai tambah, transfer teknologi dan kita dapat uang juga, tentu dia dapat untung juga," kata Luhut saat melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Bintan, 2 Juli 2020.

4. Tenaga Kerja Lokal Tidak Cukup

Sekitar 500 TKA China kembali bekerja di Konawe, Sultra pada Juli 2020. Menurut Luhut hal tersebut harusnya tidak dipermasalahkan oleh masyarakat.
Puluhan Tenaga Kerja Asing (TKA) asal China meninggalkan pesawat seusai mendarat di Bandar Udara Cut Nyak Dhien Kabupaten Nagan Raya, Aceh, Jumat (11/9/2020). Foto: SYIFA YULINNAS/ANTARA FOTO
Luhut menegaskan, impor tenaga kerja asing dilakukan karena ketersediaan pekerja terampil yang kurang. Menurutnya untuk tahap awal, tenaga lokal tidak mencukupi membangun proyek tersebut.
ADVERTISEMENT
"Kalian harus mendidik tenaga kerja lokal karena kita enggak punya cukup. Mana ada yang bisa cukup, di Konawe Utara mana yang cukup. Di Halmahera mana yang cukup? Kalau ada yang bilang cukup, datang ke saya,” ungkap Luhut dalam Webinar Investasi di Tengah Pandemi pada 25 Juli 2020.

5. Harus Win-win Solution

Luhut mengaku sering dikritik sebagai 'pembuka jalan' tenaga kerja asing (TKA) masuk ke Indonesia. Ia mengeklaim, tindakannya itu demi kepentingan nasional, bukan untuk kepentingan asing.
"Banyak yang suka kritik saya memberikan kesempatan pada tenaga kerja asing, enggak betul lah itu. Kan kita mesti win-win," ujar Luhut dalam Rakernas Apindo yang digelar secara virtual, 13 Agustus 2020.

6. Tenaga Kerja Indonesia Tak Mumpuni

Luhut berpendapat bahwa SDM atau tenaga kerja Indonesia yang mumpuni di dunia industri masih minim. Katanya, kondisi tersebut bisa dilihat ketika pemerintah mau beralih dari pengekspor material mentah menjadi komponen baterai listrik. Proyek smelter Kawasan Industri Weda Bay, Halmahera Tengah, saat ini masih mengandalkan tenaga kerja dari luar.
ADVERTISEMENT
"Kita tidak mau hanya ekspor materialnya, kita mau semua itu menjadi satu kesatuan. Nah ini kesalahan kita berpuluh tahun sekarang kita perbaiki, banyak kritik kenapa enggak pakai tenaga Indonesia, memang ndak ada," ujar Luhut dalam webinar yang digelar ITS Indonesia, Rabu (17/11/2021).
Menko Marves Luhut Binsar Panjaitan dan Menlu China Wang Yi di Danau Toba, Sumatera Utara, Selasa (12/1/2020). Foto: Kemenko Marves
Argumen tersebut, kata Luhut, ia sampaikan kepada ekonom yang mempertanyakan soal masifnya tenaga kerja dari luar di ruang kontrol pabrik di Weda Bay. Menurut Luhut, belum ada tenaga lokal yang punya kapasitas cukup mumpuni mengisi ruang kontrol tersebut.
Hal ini terjadi lantaran selama puluhan tahun, kualitas lulusan politeknik di Indonesia tidak mendapat perhatian serius. Padahal, lanjutnya, mencari SDM yang berkualitas untuk sektor ini tidak semudah yang dibayangkan.
"Lebih parahnya setelah kita bikin politekniknya tidak ada pula yang lulus orang daerah. Kenapa tidak lulus? Lulusan SMA-nya 7x7 sama dengan 77, ini fakta di lapangan," ujar Luhut.
ADVERTISEMENT