Square, Cover Collection, LIPSUS Garuda Indonesia

Celaka Dirut Garuda di Upaya Keempat

16 Desember 2019 11:59 WIB
comment
43
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Huru-hara Garuda. Ilustrator: Indra Fauzi/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Huru-hara Garuda. Ilustrator: Indra Fauzi/kumparan
Siang itu, Kamis (5/12), rapat Dewan Komisaris PT Garuda Indonesia Tbk masih alot. Lima komisaris belum satu suara menyikapi penyelundupan motor Harley-Davidson dalam pesawat Airbus A330-900 Neo milik Garuda pertengahan November lalu.
Kasus itu mendapat perhatian karena lima direksi Garuda ikut serta dalam penerbangan dengan rute Toulouse, Perancis, ke Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang. Sebagian besar peserta rapat cenderung memilih rekomendasi teguran keras kepada direksi Garuda.
Sementara jarum jam sudah menunjukkan pukul 12.15 WIB—kurang dari satu jam waktu tersisa menjelang tenggat yang diberikan Menteri BUMN Erick Thohir. Erick meminta laporan hasil audit tiba di mejanya pukul 13.00 WIB.
Kebuntuan baru pecah ketika seorang staf komite audit masuk ke ruangan rapat. Ia membawa kabar penting.
“Ada yang mau ketemu. Dia mau melaporkan. Dia tahu pemilik Harley itu,” kata staf tersebut.
Dewan komisaris segera meminta sang tamu masuk. Di hadapan kelima komisaris, ia membocorkan bahwa pemilik Harley adalah Direktur Utama Garuda, I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra yang biasa disapa Ari Askhara
Berbekal bukti telak berupa bukti transfer uang dan komunikasi, rapat Dewan Komisaris memutuskan mencopot Ari. Laporan audit segera dikirim ke Kementerian BUMN. Kebetulan, kantor Garuda tempat rapat berlangsung terletak di Jalan Kebon Sirih, persis di belakang Kementerian BUMN di Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat.
Tak menunggu lama, sore harinya, Erick Thohir mengumumkan pencopotan Ari di Kantor Kementerian Keuangan.
“Saya memberhentikan Direktur Utama Garuda,” kata Erick dalam konferensi pers.
Menkeu Sri Mulyani dan Menteri BUMN Erick Thohir dalam konpers penyelundupan Harley di pesawat Garuda. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
Kasus penyelundupan Harley itu terkuak dari temuan Bea Cukai Bandara Soekarno-Hatta, Ahad siang (17/11). Pesawat Airbus A330-900 milik Garuda baru saja mendarat.
Tak seperti biasa, pesawat langsung parkir ke hanggar PT Garuda Maintenance Facility—anak usaha Garuda di bidang perawatan pesawat. A330-900 merupakan pesawat baru milik Garuda. Ini unit pertama dari jenis itu yang tiba di Indonesia dari total 15 pesawat sejenis yang dipesan Garuda ke pabrikan Airbus.
Sesuai prosedur standar, petugas Bea Cukai memeriksa keseluruhan pesawat. Mereka tidak menemukan hal mencurigakan di dalam kabin.
Kejanggalan baru tercium saat pemeriksaan di lambung pesawat. Di sana terdapat 18 kardus berbagai ukuran.
“Padahal manifes kargo tertulis nol,” kata seorang sumber.
Barang-barang itu langsung diturunkan untuk diperiksa. Ada 15 kardus berisi komponen Harley-Davidson tipe Electra Glide Shovelhead tahun 1970. Adapun tiga dus lain berisi suku cadang dan unit sepeda Brompton.
Nama Satyo Adhi Swandhono tertera dalam claim tag kardus yang membungkus bagian-bagian Harley. Sementara claim tag kardus Brompton tertulis Lokadita Sedimesa, pihak swasta yang ikut serta dalam penerbangan.
Satyo merupakan senior manager di Garuda. Kepada petugas Bea Cukai, ia mengklaim motor Harley tersebut miliknya.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, Satyo mengaku membeli motor tersebut melalui situs eBay. Tapi, Bea Cukai mengendus kejanggalan.
Kontak penjual sepeda motor yang disebut Satyo tak terdaftar di situs ebay. Kecurigaan semakin menguat karena profil keuangan Satyo yang tidak meyakinkan.
“Saudara SAS mempunyai utang bank Rp 300 juta yang dicairkan Oktober, yang digunakan sebagai renovasi rumah,” kata Sri Mulyani dalam konferensi pers.
Dirut Garuda menyelundupkan Harley. Ilustrator: Indra Fauzi/kumparan
Kabar penyelundupan itu baru sampai ke telinga Erick Thohir 2 Desember. Ia langsung memerintahkan Dewan Komisaris Garuda menginvestigasi lewat Komite Audit.
Sumber di internal Garuda mengatakan, Komite Audit mulanya memeriksa Satyo. Pengecekan dilakukan hingga ke rumahnya di Bintaro, Tangerang Selatan.
“Rumahnya di gang dan cuma ada sepeda. Mana mungkin punya Harley,” kata seorang sumber yang terlibat dalam proses investigasi.
Tim audit semakin yakin Satyo bukan pemilik Harley setelah memeriksa penghasilannya ke bagian personalia Garuda. Gajinya per bulan hanya Rp 15-17 juta. Terlebih, Satyo tidak memiliki SIM C untuk mengendarai sepeda motor.
Tapi penyelidikan Komite Audit saat itu masih belum bisa menguak siapa pemilik Harley. Titik terang didapat setelah “saksi mahkota” muncul menjelang Dewan Komisaris Garuda merampungkan laporan audit.
Dari sana mulai terkuak aktor-aktor yang bermain. Sumber yang mengetahui kasus itu menuturkan, Ari membeli Harley tipe Electra Glide Shovelhead tahun 1970 di Belanda pada 2018.
Mantan Direktur Utama Pelindo III ini meminta bantuan perantara untuk menuntaskan transaksi. Meski sudah membeli Harley sejak tahun lalu, Ari kesulitan membawanya masuk ke Indonesia.
Ia diduga pernah tiga kali berusaha menyelundupkan motor bongsor itu. Masing-masing menggunakan penerbangan reguler Garuda Indonesia, Singapore Airlines, dan KLM Airlines.
Tapi semua rencana itu urung terlaksana lantaran ditolak otoritas Bandara Amsterdam. Upaya penyelundupan kembali dilakukan dengan memanfaatkan momentum pengiriman pesawat Airbus A330-900 Neo pesanan Garuda.
Garuda Indonesia Airbus A330-900 Neo. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Sumber kumparan menuturkan, Direktur Teknik dan Pelayanan Garuda, Iwan Joeniarto, berperan memuluskan skenario itu. Dia memerintahkan seseorang mempreteli bodi Harley.
Bagian-bagian motor itu kemudian dibawa melalui jalur darat dari Amsterdam ke Toulouse, Perancis. “Semua (proses) diketahui Ari,” kata sumber yang sama.
Sampai artikel ini ditayangkan, Iwan belum merespons permintaan konfirmasi kumparan.
Saat penerbangan, Ari memerintahkan pilot langsung masuk ke hanggar GMF begitu mendarat di Soekarno-Hatta. Umumnya, setiap pesawat harus lebih dulu masuk ke apron bandara untuk menjalani pemeriksaan Bea Cukai.
Cara itu diduga sengaja dilakukan untuk mengelabui petugas Bea Cukai.
“Kalau memang dia bermaksud masuk secara legal, dia harusnya tanya dulu Menteri Perdagangan, boleh enggak masukin barang ini. Keluar dulu izinnya, baru dimasukin barangnya,” ujar sumber yang mengetahui tahapan impor.
Ari Askhara. Foto: AFP/Ibnu Anjar
Dalam kesimpulan laporan audit, Dewan Komisaris Garuda menyimpulkan Ari melakukan tiga kesalahan: mencederai etika tata kelola perusahaan yang baik, menggunakan fasilitas negara untuk kepentingan pribadi, dan melanggar Undang-Undang Kepabeanan.
Malam hari setelah Erick mencopot Ari, Dewan Komisaris resmi menunjuk Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Garuda sebagai Pelaksana Tugas Direktur Utama. Erick Thohir juga memerintahkan Dewan Komisaris memeriksa semua pihak yang terlibat.
Sabtu (7/12) pagi, Dewan Komisaris Garuda bertemu dengan Erick. Mereka melaporkan akan mencopot empat direksi Garuda lain yang turut serta dalam penerbangan A330-900.
Erick langsung menyetujui usul itu. Ia meminta dewan komisaris mencari pengganti direksi yang dicopot.
Direksi Garuda yang ikut dalam penerbangan A330-900 dinilai mengabaikan Surat Edaran Menteri BUMN SE-08/MBU/12/2015. Aturan itu mewajibkan setiap direksi BUMN meminta izin menteri BUMN ketika berpergian ke luar negeri.
Apalagi, kata seorang sumber, mereka berangkat ditemani istri masing-masing. Keempat direksi yang menyusul dicopot yakni Direktur Human Capital Heri Akhyar, Direktur Operasi Bambang Adi Surya, Direktur Teknik dan Layanan Iwan Joeniar, serta Direktur Kargo dan Pengembangan Usaha Mohammad Iqbal.
Mohammad Iqbal, Heri Akhyar, serta Iwan Joeniarto merupakan rekan Ari ketika menjabat dirut di Pelindo III. Ari memboyong mereka ke Garuda ketika ditunjuk Menteri BUMN Rini Soemarno menjadi Dirut Garuda pada September 2018. Ketika itu Ari menggantikan Pahala Mansury.
Sepenggal sejarah perkara Garuda. Desainer: Argy Pradypta dan Indra Fauzi/kumparan
Ari tak mau menanggapi lebih jauh tudingan miring tentang dirinya. Ia hanya memberikan sedikit komentar di awal kasus ini terungkap. “Enggak ngerti kok liar banget. Padahal saya orang biasa,” kata Ari kepada kumparan, Jumat (6/12).
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten