Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.1
Celios Paparkan Lubang Fiskal di 10 Tahun Kepemimpinan Jokowi
12 September 2024 17:55 WIB
·
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Direktur Kebijakan Publik Celios, Media Wahyudi Askar, mengatakan laporan ini untuk memberikan wawasan mendalam mengenai tantangan fiskal yang ada dan mengusulkan langkah-langkah reformasi yang diperlukan untuk memperkuat ketahanan ekonomi nasional.
Laporan ini mengungkapkan sejumlah masalah mendasar, termasuk stagnasi pertumbuhan ekonomi di angka 5,1 persen, dan pelebaran defisit anggaran sebesar 171,82 persen dari Rp 226,69 triliun menjadi Rp 616,19 triliun. Rasio utang terhadap PDB juga mengalami kenaikan signifikan dari 24,7 persen pada 2014 menjadi 39,13 persen pada 2023. Sementara rasio pajak terhadap PDB menurun drastis dari 13,7 persen pada 2014 menjadi 10,1 persen pada 2024.
"Kebijakan fiskal selama satu dekade terakhir tidak menunjukkan perbaikan yang substansial dalam memperkuat basis ekonomi nasional," ungkap Wahyudi Askar melalui keterangan tertulis, Kamis (12/9).
ADVERTISEMENT
“Pemahaman mendalam terhadap kondisi ekonomi makro saat ini menjadi dasar penting dalam membangun kerangka fiskal yang lebih responsif,” tambahnya.
Salah satu temuan penting lain adalah pembiayaan utang selalu di atas 75 persen dari total pembiayaan anggaran selama sepuluh tahun terakhir. Sedangkan pembiayaan investasi tidak pernah lebih dari 17,5 persen.
"Ini menunjukkan negara terlalu bergantung pada utang dan minim investasi produktif yang dapat meningkatkan risiko fiskal dalam jangka panjang," ujar Wahyudi Askar.
Selain itu, kata Wahyudi Askar, alokasi anggaran untuk pertahanan dan keamanan cenderung meningkat, bahkan melebihi anggaran kesehatan pada puncak pandemi COVID-19 di 2020. Hal ini menimbulkan kekhawatiran mengenai prioritas anggaran yang belum optimal untuk pembangunan yang lebih berkelanjutan.
ADVERTISEMENT
Celios juga menyoroti Penyertaan Modal Negara (PMN) yang meningkat signifikan pada BUMN pelaksana infrastruktur. Meskipun peningkatan ini diharapkan mendongkrak aset BUMN, kenyataannya beberapa BUMN mengalami pertumbuhan aset yang minim.
Wahyudi Askar mengatakan empat dari delapan BUMN pelaksana infrastruktur mengalami peningkatan aset di bawah 15 persen. Proyek ambisius, seperti pembangunan IKN dan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung, dinilai membebani anggaran negara dan berpotensi menambah risiko fiskal di tengah keterbatasan ruang fiskal untuk program-program prioritas lainnya.
“Kami melihat kebutuhan mendesak untuk melakukan reformasi menyeluruh guna memastikan keberlanjutan fiskal pada masa depan. Perubahan mendasar dalam alokasi anggaran dan pengelolaan prioritas anggaran sangat penting agar Indonesia dapat keluar dari himpitan fiskal dengan lebih baik,” ujar peneliti kebijakan publik dan ekonomi Celios, Achmad Hanif Imaduddin.
ADVERTISEMENT
Laporan ini mengusulkan serangkaian langkah reformasi fiskal, termasuk pengenaan pajak bagi orang super kaya, penerapan insentif pajak yang lebih inklusif, serta perbaikan kualitas belanja negara melalui redesain postur APBN dan penguatan belanja kesehatan serta perlindungan sosial.
"Intervensi komprehensif dan progresif diperlukan untuk menjaga stabilitas fiskal dan memastikan ekonomi Indonesia tetap tangguh dalam menghadapi tantangan di masa depan," ujar Hanif.
Celios berharap laporan ini menjadi panduan bagi para pembuat kebijakan dalam merumuskan strategi fiskal yang lebih berkelanjutan dan adaptif, demi mencapai visi Indonesia yang lebih sejahtera dan berkeadilan.