CEO Energi Dunia Merapat ke RI, Bahas Masa Depan Migas di Tengah Krisis Global

19 April 2025 17:35 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pengeboran PT Pertamina Hulu Energi (PHE). Foto: PHE
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pengeboran PT Pertamina Hulu Energi (PHE). Foto: PHE
ADVERTISEMENT
Di tengah tantangan geopolitik dan fluktuasi ekonomi yang mempengaruhi industri minyak dan gas (migas), Indonesian Petroleum Association (IPA) akan mengumpulkan para eksekutif terkemuka dari perusahaan energi global untuk membahas strategi dan peluang di IPA Convention and Exhibition (IPA Convex). Acara ini akan berlangsung pada 20-22 Mei 2025 di ICE BSD City, Tangerang Selatan.
ADVERTISEMENT
Ketua IPA Convex 2025, Hariadi Budiman, menekankan bahan bakar fosil masih memenuhi sekitar 80 persen kebutuhan energi global. “Walaupun ada peningkatan sumber energi rendah karbon, tetapi permintaan energi global yang meningkat membuat tantangan emisi karbon terus berlanjut,” kata Hariadi dalam keterangannya, Sabtu (19/4).
Acara konferensi IPA Convex 2025 selama tiga hari tersebut akan dibuka dengan sesi 'Global Executive Talk', dimana para pemimpin Perusahaan dari ExxonMobil, BP, Eni, Mubadala Energy, Petronas, dan Medco Energi dijadwalkan hadir untuk berbagi wawasan mereka. Diskusi akan berpusat pada pengelolaan investasi energi global, menyeimbangkan tujuan keberlanjutan dengan kinerja keuangan, dan mengembangkan portofolio energi yang progresif dan berkelanjutan.
Ketua IPA Convex 2025, Hariadi Budiman. Foto: IPA
Menurut analisis Wood Mackenzie, transisi ke energi alternatif berlangsung lebih lambat dari perkiraan, yang berarti permintaan akan minyak dan gas kemungkinan akan tetap tinggi untuk waktu yang akan datang. Lebih dari 85 persen modal pada tahun 2024 telah dialokasikan ke proyek minyak dan gas, menunjukkan bahwa industri ini masih fokus pada peluang yang menguntungkan.
ADVERTISEMENT
Indonesia, yang menyumbang sekitar 1,5–2 persen dari total belanja modal sektor hulu global atau sekitar USD 7 miliar pada tahun 2025, diharapkan akan meningkatkan kontribusinya dengan berjalannya waktu.
“Investor mencari sumber daya yang menawarkan biaya rendah, emisi rendah, risiko minim, dan siklus yang lebih pendek. Kestabilan regulasi dan kebijakan sangat penting untuk mendukung investasi-investasi ini,” tambah Hariadi.
Konferensi ini bertujuan untuk memaparkan bagaimana perusahaan migas global mengatur strategi investasi mereka dan membahas bagaimana strategi ini dapat memperkuat ketahanan energi dan iklim investasi di Indonesia, sejalan dengan program Asta Cita dari Presiden RI, Prabowo Subianto.
IPA Convex diharapkan menjadi platform yang transformasional bagi pemangku kepentingan, pembuat kebijakan, dan pendukung industri, menyediakan strategi baru untuk meningkatkan investasi migas domestik.
ADVERTISEMENT