Cerita Bahlil Bujuk Investor Bangun Pabrik Kendaraan Listrik RI Senilai Rp 142 T

17 September 2021 17:07 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bahlil Lahadalia usai dilantik sebagai Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal, Rabu (28/4). Foto: Rusman/Biro Pers Sekretariat Presiden
zoom-in-whitePerbesar
Bahlil Lahadalia usai dilantik sebagai Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal, Rabu (28/4). Foto: Rusman/Biro Pers Sekretariat Presiden
ADVERTISEMENT
Menteri Investasi Bahlil Lahadalia menceritakan proses negosiasi pembangunan pabrik baterai kendaraan listrik. Adapun Presiden Joko Widodo melakukan peletakan batu pertama atau groundbreaking pabrik industri baterai kendaraan listrik yang dibangun PT HKML Battery Indonesia pada Rabu (15/9).
ADVERTISEMENT
Proyek ini merupakan realisasi investasi konsorsium LG dan Hyundai yang terdiri atas Hyundai Motor Company, KIA Corporation, Hyundai Mobis, dan LG Energy Solution.
Konsorsium asal Korea Selatan bakal bermitra dengan Indonesia Battery Corporation yang beranggotakan PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM), PT Pertamina, PT Perusahaan Listrik Negara, dan Contemporary Amperex Technology Co. Ltd.
Menurut Bahlil, proses negosiasi pembangunan pabrik baterai ini terjadi sejak akhir 2020. Pada saat itu pemerintah Indonesia melakukan penandatanganan MoU di Korea Selatan.
Negosiasi berjalan alot bersama Menteri Koordinator Ekonomi Korea Selatan. Menariknya, proses negosiasi kerja sama kedua negara tanpa melibatkan konsultan asing.
“Deal bisnis Rp 142 triliun itu tanpa melibatkan konsultan asing, tapi dilakukan seutuhnya oleh anak-anak putra-putri bangsa berkolaborasi kementerian teknis dan investasi. Kami yang pimpin,” ujarnya saat konferensi pers virtual, Jumat (17/9).
ADVERTISEMENT
Konsorsium akan membangun pabrik sel baterai kendaraan listrik di Indonesia berkapasitas 10 Gigawaat Hour (GWH) dengan total nilai investasi USD 1,1 miliar. Angka itu setara dengan Rp 15,9 triliun (kurs Rp 14.500). Pembangunan pabrik ini hanya bagian dari total proyek konsorsium senilai USD 9,8 miliar.
“Ini pertama di Indonesia, bahkan Asia Tenggara, ekosistem salah satu pertama di dunia, tambang, smelter, itu pertama kali,” ucap Bahlil.