Cerita BCA Hadapi Pandemi: Jangan Minta Stimulus Terus ke Pemerintah

6 Juli 2021 14:26 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja. Foto: Helmi Afandi Abdullah/
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja. Foto: Helmi Afandi Abdullah/
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja mengungkapkan dirinya saat ini lebih optimistis menjalankan bisnis perbankan di masa pandemi. Berbeda dengan tahun lalu yang merasa sangat pesimistis, kali ini Jahja mengaku sudah memiliki strategi untuk bertahan di masa sulit.
ADVERTISEMENT
Perubahan sikap dari pesimistis menjadi optimistis di masa pandemi ini dia ibaratkan pada sebuah cerita seorang ayah sebelum meninggal berwasiat kepada dua anak kembarnya. Sang ayah meminta agar kedua anaknya tidak boleh menagih utang dan kena matahari.
Setelah 20 tahun berlalu, anak kembar itu memiliki nasib yang berbeda, yang satu jatuh miskin sedangkan saudaranya lumayan sukses. Ternyata kuncinya ada pada strategi dalam menjalankan wasiat ayahnya.
Kata dia, saat anak yang miskin ditanya kenapa bisa bangkrut, jawabannya karena tidak boleh menagih utang, banyak yang tidak bayar kepadanya. Sementara dia tidak boleh kena matahari, jadi harus naik taksi ke mana-mana sehingga pengeluarannya besar dan bangkrut.
Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur BCA. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
Sedangkan anak kedua yang sukses berkata bahwa karena dilarang menagih utang, makanya dia tidak memberikan pinjaman kepada siapa pun. Sementara untuk menghindari terkena matahari, pagi-pagi dia sudah naik motor dan buka toko. Pulang malam hari dan tidak kena matahari.
ADVERTISEMENT
"Ini keadaan yang sama, tapi hasil berbeda. Ini suatu perumpamaan bagimana kita dalam keadaan ini untuk bisa survive dari kesulitan. Kita lihat tetangga bisa sukses, kok kita enggak? Ada something's wrong. Jadi jangan minta stimulus-stimulus terus ya, sudah cukup dari pemerintah," kata dia dalam webinar Bisnis Indonesia Mid Year Economic Outlook 2021, Selasa (6/7).

Digital Payment Jadi Andalan

Jahja mengatakan tahun lalu BCA memang kebingungan menghadapi COVID-19 karena tidak diberikan senjata oleh pemerintah. Namun, seiring berjalannya waktu ada stimulus yang diberikan dan perusahaan pun menyiapkan berbagai strategi agar penjualan tetap berjalan.
Salah satu strateginya adalah kombinasi atau hybrid antara layanan fisik dan digital. Sebagai contoh, sebelum ada pandemi, dia menyebut arus kredit motor yang didapat BCA mencapai Rp 2 triliun per bulan. Karena ada pandemi, pendapatan dari kredit motor turun jauh menjadi hanya Rp 90 miliar dalam sebulan per April 2020.
ADVERTISEMENT
Namun, geliat kredit motor mulai naik sehingga pada bulan-bulan berikutnya menjadi Rp 800 miliar per bulan. Menariknya, saat ini kredit motor melalui BCA Finance bisa kembali normal di kisaran Rp 2 triliun per bulan.
"Akhirnya pada saat itu kita adakan expo virtual, kerja sama dengan dealer, berikan fasilitas kredit murah, kita undang nasabahnya. Apalagi dapat dukungan pemerintah dengan adanya penurunan pajak PPnBM yang sangat membantu. Jadi hybrid keterlibatan antara karyawan dan digital. Ini adalah proses yang akan bisa lebih cepat pulihkan ekonomi," lanjutnya.
Begitu pun dengan promosi KPR yang juga diadakan secara virtual. Untuk bisa membantu nasabah mengisi berbagai form yang dibutuhkan, menurutnya perlu ada kerja sama dari karyawan-karyawan BCA dan juga teknologi yang mendukung.
ADVERTISEMENT
Di masa PPKM Darurat ini, Jahja belum tahu apakah akan berdampak pada strategi bisnis yang dijalankan perusahaan. Tapi dia berharap tidak akan memburuk seperti PSBB yang diberlakukan tahun lalu.