Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Cerita Bos BNI saat Jadi Bawahan Agus Marto: Rapat Jam 3 Pagi, Jam 6 Kerja Lagi
26 Desember 2021 11:37 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Sebelum menjabat sebagai Menteri Keuangan pada pada 2010-2013 dan Gubernur Bank Indonesia pada 2013-2018, Agus Martowardojo pernah menduduki kursi Direktur Utama Bank Mandiri . Di bawah kepemimpinan Agus, wajah Bank Mandiri berubah total. Transformasi dilakukan agar Bank Mandiri tak tertinggal.
ADVERTISEMENT
"Dulu BUMN kental birokrasinya. Mau ke lantai direksi saja susah. Kita ada hirarkinya untuk nyampai ke direksi. Waktu masuk Bank Mandiri, banyak figur-figur yang jadi role model. Kebetulan Pak Agus Martowardojo yang sekarang jadi Komut saya. Pada waktu dia lah transformasi pertama tahun 2005 dilakukan," kata Royke dalam akun youtube BUMN Muda, dikutip kumparan pada Minggu (26/12).
Royke menyebut cara kerja karyawan bank-bank BUMN dahulu seperti 'ambtenaar' yang tidak memperhatikan pelayanan. Hanya duduk di belakang meja menunggu nasabah datang, tidak turun ke lapangan. Tidak aktif melakukan inovasi untuk meningkatkan pelayanan. Setelah krisis 1998, banyak bank asing yang masuk ke Indonesia. Bank-bank BUMN pun mendapat tantangan. Kalau transformasi tak dilakukan, bisa-bisa bank BUMN tergilas.
Di masa inilah Agus Marto dengan etos kerja luar biasa melakukan perubahan besar Bank Mandiri menjadi seperti yang dikenal saat ini. Berkat transformasi di era Agus Marto, sekarang Bank Mandiri menjadi salah satu yang terbesar di Indonesia, tidak kalah dari bank-bank swasta asing.
ADVERTISEMENT
"Kami melakukan perubahan-perubahan, Pak Agus punya semangat luar biasa, etos kerjanya sulit disamai, saya pontang-panting ngikutin cara kerjanya. Orangnya kerja harus tuntas kadang kita harus sampai malam, sampai pagi. Selesai rapat jam 3 pagi, jam 6 pagi sudah datang lagi. Rapat rambutnya udah gimana, Pak Agus masih tegar," tuturnya.
"Itu sangat mempengaruhi perubahan-perubahan yang terjadi. Dulu bagi bonus sama rata, Pak Agus datang enggak begitu. Beda banget. Berdasarkan performa, integritas. Ketegasan Pak Agus saat itu sangat diperlukan untuk membangun kultur dari karyawan. Bagaimana kita memperlakukan nasabah. Kalau nasabah belum pulang, kita enggak boleh pulang," dia menambahkan.
Gaya kepemimpinan Agus Marto sangat membekas bagi Royke. Ia banyak belajar dan menerapkannya juga ketika sudah menjadi Dirut. "Pak Agus itu tipe yang kalau kerja maunya perfect, harus bagus, cara menjawab juga enggak asal jawab. Kalau kita enggak bisa jawab, kita bilang aja daripada asal jawab. Itu yang membawa cara kerja saya banyak terpengaruh kepemimpinan Pak Agus," kata Royke.
ADVERTISEMENT
Dari Agus Marto, Royke belajar bahwa transformasi adalah suatu keharusan dan harus dilakukan dengan cepat. Apalagi di zaman serba digital. Perubahan datang semakin cepat.
"Transformasi itu harus dilakukan, kalau enggak kita akan ketinggalan. Kalau kita ketinggalan, untuk mengejar itu jauh banget. Zaman sekarang lain lagi ceritanya, dunia digital. Kalau kita enggak melakukan transformasi dengan baik, pasti akan lewat," tutupnya.