Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.87.1
ADVERTISEMENT
Siang itu Arafiq terlihat sedang keluar dari lobi Kantor Pusat PT Sang Hyang Seri (Persero) atau PT SHS sembari memegang gagang pel dan rokok di tangan kirinya. Kantor pusat perusahaan pelat merah ini berada di Kawasan Tebet, Jakarta Selatan.
ADVERTISEMENT
Arafiq yang telah bekerja hampir 10 tahun di SHS mengaku sangat kecewa dengan kinerja perusahaan. Ia belum menerima gaji hampir 7 bulan. Akibat tak ada kejelasan nasibnya dan desakan ekonomi, ia memutuskan keluar dari SHS. Ia kemudian bekerja sebagai tenaga kontrak di perusahaan yang menyewa kantor lamanya.
"Saya sudah tidak digaji sejak Juli 2019. Mereka hanya membayar THR waktu lebaran saja. Lalu sisanya dibayar 50 persen dulu, atau berapa persen. Tapi ya sampai sekarang belum terima," katanya kepada kumparan di kantor pusat SHS, Jakarta Selatan, Senin (20/1).
Arafiq pun menceritakan kehidupan sehari-harinya setelah tidak mendapat pemasukan dari SHS. Ia yang sebelumnya merupakan seorang kurir atau pegawai umum SHS, kini harus rela menjadi cleaning service gedung lima lantai yang kini dikontrak oleh PT RNI (Persero).
ADVERTISEMENT
"Ngerawat, kita ngepel aja. Kalau kita dapat bulanan dari RNI (PT Rajawali Nusantara Indonesia)," ucapnya.
Saat ini, ia juga tidak bisa menerima jaminan hari tua dari BPJS Ketenagakerjaan. Padahal ia telah bekerja lebih dari 10 tahun di SHS. Pemicunya, SHS menunggak iuran kepada BPJS Ketenagakerjaan.
Kondisi tersebut tentu sangat memberatkan dirinya karena ia memiliki tanggungan keluarga dan harus membayar cicilan sepeda motor.
Bahkan, Arafiq juga mengatakan jajaran Direksi SHS sebelum dirinya mengundurkan diri juga sudah mulai menggunakan mobil pribadi untuk kebutuhan perusahaan. Padahal sebelumnya, direksi mendapat fasilitas mobil dinas.
"Sekarang aja kerja sampai pakai mobilnya sendiri-sendiri," tuturnya.