Cerita Pengusaha Baliho Bertahan Saat Pendapatan Anjlok Akibat Pandemi

10 Agustus 2021 15:14 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mesin percetakan di Kawasan Bungur, Jakarta Pusat, Senin (30/12). Foto: Abdul Latif/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Mesin percetakan di Kawasan Bungur, Jakarta Pusat, Senin (30/12). Foto: Abdul Latif/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pelaku jasa percetakan nampaknya harus terus memutar otak untuk bisa bertahan di tengah pandemi COVID-19. Pesanan yang anjlok hingga 70 persen membuat Tores, salah satu pelaku usaha percetakan, melakukan sejumlah inovasi.
ADVERTISEMENT
Bayangkan saja, Tores yang merupakan pemilik Merah Putih Printing dalam sebulan harus rela kehilangan pendapatan Rp 1,1 miliar. Kondisi ini terjadi akibat adanya pembatasan kegiatan di masyarakat seperti PSBB dan PPKM.
“Sebelum pandemi Rp 1 miliar - Rp 1,5 miliar per bulan, pandemi ini Rp 400 juta turun hampir 60-70 persen," katanya kepada kumparan, Selasa (10/8).
Saat ini ia memaksimalkan 15 mesin cetaknya untuk memproduksi produk-produk unik seperti kalung nama kucing dan alas foto. Produk ini menurut Tores mulai digemari masyarakat di saat orang-orang bosan akibat terbatasnya aktivitas.
"Mereka banyak yang suka harga (karena) yang murah. Nama kucing, kemarin sebulan lumayan laku sudah ada di luar kita (tiru) bikin kalung sendiri," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan toko online Merah Putih Printing, untuk satu produk nama kucing dibanderol Rp 18.000 per piece (pcs). Penjualan online saat ini menjadi pilihannya karena lebih praktis dan aman.
Mesin percetakan di Kawasan Bungur, Jakarta Pusat, Senin (30/12). Foto: Abdul Latif/kumparan
Upaya lain yang juga dilakukan, yaitu dengan meniadakan minimum order untuk percetakan. Artinya, ia menerima pesanan baik satuan maupun paketan. Kendati demikian, salah satu dampaknya adalah volume pemesanan yang lebih sedikit.
"Itu untuk menyiasati kondisi sekarang ada mesin kita aktifkan, (produksi) itu kreativitas sendiri bukan sebatas sebagai alat cetak aja," ungkapnya.
Sementara itu, Rifky Adnan salah satu pemilik jasa percetakan @smileprinting20 mengatakan, salah satu upaya untuk menyiasati penurunan pesanan selama pandemi yaitu dengan mengurangi minimal pemesanan.
Biasanya iya mematok untuk pesanan undangan pernikahan sebanyak 1.000 pcs. Saat ini hanya 500 pcs. Ia juga melakukan pemesanan via online untuk menjangkau pelanggannya di tengah pembatasan kegiatan masyarakat.
ADVERTISEMENT
"Selama pandemi lumayan, kalau lagi rame bisa sampai Rp 700 ribu - Rp 1,2 juta per hari," tuturnya.