Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Cerita Suka Duka Pekerja SPBU Mini Exxon di Kampung
5 Desember 2018 18:42 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:04 WIB
ADVERTISEMENT
Ketika sebuah gerai restoran di Rest Area KM 72 tol Purbaleunyi gulung tikar, Iros Rusmiati, 24 tahun, langsung pusing. Penghasilan Rp 950 ribu yang biasa ia terima setiap bulan dengan bekerja sebagai pelayan di sana, harus lenyap.
ADVERTISEMENT
Akibatnya, ia kembali menganggur dan hanya tinggal di rumah untuk fokus mengurus putrinya yang masih berusia tiga tahun. Tak lama berselang, tepatnya pada Mei 2018, tetangganya datang dengan kabar gembira.
Iros ditawari kerja menjadi operator SPBU mini ExxonMobil , alias juru isi bensin SPBU. Lokasinya sekitar 5 km dari rumahnya di Desa Dangdeur, Kecamatan Bungursari, Kabupaten Purwakarta.
“Tanpa pikir panjang saya ambil pekerjaan ini, karena saya perlu uang. Lagian, diam di rumah juga mau ngapain?” katanya berkisah, Selasa (4/12).
Hari pertama bekerja sebagai operator SPBU, Iros memang mesti banyak belajar. Tapi sayangnya, ia tidak ditemani oleh orang berpengalaman. Hingga saat ini, Iros adalah satu-satunya operator yang bekerja di sana. Ia hanya ditemani seorang mekanik, yang bekerja di bengkel SPBU mini ExxoMobil.
ADVERTISEMENT
“Tidak seperti di SPBU Pertamina, di SPBU mini ini enggak ada atasan yang selalu mengontrol. Pihak ExxonMobil suka mengontrol datang, tapi enggak setiap hari dan enggak lama. Jadi sehari-hari saya hanya berdua saja dengan mekanik,” tutur Iros.
Tak hanya itu, investor yang setahu Iros bekerja sama dengan ExxonMobil untuk membangun SPBU mini di Dangdeur pun jarang terlihat mengecek usahanya. “Dalam enam bulan ini, beliau (investor) baru empat kali datang,” ujar Iros.
Untuk menjadi operator SPBU mini ExxonMobil Dangdeur, Iros harus mulai bekerja pukul 06.00 WIB. Dia pula orang yang akan menutup dan mengunci SPBU pada pukul 21.00 WIB. Dengan tanggung jawab itu, ia menerima gaji Rp1,25 juta per bulan.
ADVERTISEMENT
Namun, Iros tak menerima hak libur seperti karyawan pada umumnya. “Lebaran kemarin saja saya kerja seharian. Dari awal bekerja di sini memang saya enggak diberi tahu kapan boleh libur,” ujar Iros.
Untuk mengakalinya, Iros mengatur agenda kerja sendiri dengan sang mekanik teman satu SPBU-nya. Caranya, sang mekanik diajari cara menjadi operator SPBU sehingga mereka bisa mengatasi pekerjaan satu sama lain bilamana ingin mengambil libur.
Memang, kata Iros, bekerja di SPBU tidak senyaman di restoran. Di SPBU tak pendingin ruangan, seperti yang ia rasakan waktu bekerja di restoran dahulu.
Namun ia tetap bersyukur karena telah bekerja di SPBU mini ExxonMobil. “Setidaknya dekat dari rumah, jadi enggak susah untuk ketemu anak,” katanya.
ADVERTISEMENT
Mendapat pekerjaan merupakan hal yang mewah bagi warga Dangdeur. Meski berdampingan dengan dua kawasan industri yakni Kawasan Bukit Indah (KBI) dan Indotaisei, bagi mereka bekerja di pabrik-pabrik terkemuka yang berdiri di sana tidak mudah.
Menurut data yang diolah oleh Desa Dangdeur, hanya 18 persen warga mereka yang berhasil berkarier di pabrik-pabrik dua kawasan industri itu. Padahal, 17 persen lahan Desa Dangdeur masuk ke dalam wilayah KBI. Tak hanya itu, dari luas lahan pertanian yang mencakup 25 persen keseluruhan desa, hanya tiga persen warga Dangdeur yang bekerja sebagai petani. Sisanya, warga Dangdeur bekerja serabutan seperti menjadi tukang ojek atau pekerja bangunan.
Sebelumnya diberitakan, ExxonMobil menggandeng Indomobil Prima Energi untuk membangun SPBU mini. Pembangunan pertama dilakukan di Purwakarta. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan mengatakan jika ExxonMobil akan menggandeng koperasi dan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dalam bisnis ini.
ADVERTISEMENT