Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
Cerita Warga Pulau Komodo yang Sudah Bisa Nikmati Listrik hingga Pagi
29 Maret 2018 8:28 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Kepala Desa Pulau Komodo, Akhsan, bercerita aliran listrik itu berasal dari diesel besar milik pengusaha lokal dari Labuan Bajo. Kata Akhsan, pengusaha hotel itu lalu menjual listrik dari diesel dengan harga Rp 6.000 per malam.
“Diesel dari pengusaha di Bajo itu jadi pertama kalinya listrik masuk ke sini, tahun 2011,” kata Akhsan di Pulau Komodo, Flores, NTT, Kamis (29/3).
Sayangnya, listrik dari diesel itu hanya mampu menerangi empat rumah warga di Pulau Komodo dari pukul 18:00 WITA hingga pukul 22:00 WITA. Belum lagi, listrik hanya bisa mengalir ke lampu-lampu rumah saja. Jadi jangan bayangkan bisa menonton TV di malam hari.
Diesel dari swasta ini bertahan hingga 2016. Penerangan dengan menggunakan diesel tersebut terhenti karena alat yang rusak dan dibiarkan begitu saja tanpa perbaikan.
ADVERTISEMENT
Pada 2015 sebenarnya Pulau Komodo mendapatkan bantuan panel surya yang cukup besar. Akhsan tak ingat berapa kapasitasnya, tapi energi yang dihasilkan dari tenaga matahari ini bisa menerangi rumah-rumah warga sama seperti diesel milik pengembang.
Akhsan mengaku panel surya ini merupakan program bantuan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan . Sayangnya, panel surya yang diletakkan di pinggir Pulau Komodo ini hanya bertahan dua bulan saja.
“Setelah dua bulan tidak bisa jalan lagi, rusaklah. Kita sudah lapor ke pusat juga, pernah ada semacam teknisi juga dari sana yang datang, tapi tetap enggak bisa berfungsi lagi,” ucapnya.
Listrik benar-benar bisa dinikmati warga Pulau Komodo saat PLN masuk pada tahun lalu. Dengan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) di ujung desa, PLN melistriki sekitar 400 kepala keluarga.
ADVERTISEMENT
Dari PLTD tersebut, kapasitas listrik yang dihasilkan 205 kilowatt (KW). Listrik langsung dialirkan ke rumah warga. Mereka harus membeli token dengan tarif per bulannya tergantung daya volt ampere yang dimiliki setiap rumah dan pemakaian mereka.
Akhsan mengaku sebulan rumahnya hanya perlu merogoh kocek Rp 100. “Karena pakai token, Rp 100 ribu itu bisa sebulan lebih. Biasanya beli Rp 200 ribu untuk cukup dua bulan lebih,” imbuhnya.
Dia mengaku tak menyangka listrik dari PLN bisa masuk ke sini. Sebab, dengan adanya pasokan dari PLN, listrik bisa menyala dari pukul 18:00 WITA hingga 06:00 WITA. Tentu ini sangat membantu perekonomian warga.
“Laki-laki di sini banyak nelayan. Jadi listrik sangat bantu mereka kalau habis pulang melaut dini hari,” katanya.
ADVERTISEMENT
Salah satu warga di Pulau Komodo, Fatimah, mengaku dari biaya Rp 110 ribu per bulan itu dia sudah bisa menggunakan lampu rumah lebih dari 3 buah, menonton televisi, masak dengan rice cooker, kipas angin. Perempuan 41 tahun ini juga sangat terbantu karena di rumanhnya sudah bisa menggunakan mesin cuci.
“Padahal dulu kalau kita bayar Rp 6 ribu per malam, sebulan sekitar Rp 180 ribu. Itu cuma buat lampu saja. Kalau mau nonton TV, enggak beres gambarnya. Sekarang ada mesin cuci. Kita bisa nyuci sambil masak, berbarengan. Jadi bahagia sekali kami waktu itu,” katanya.